Hari pertama menjadi seorang mentor dalam sebuah acara MOS yang dilangsungkan disekolah saya, mata saya tertuju ke satu sosok, memandang dengan tajam, seraya berkata “pengkhianat!”.
Mari kita flashback ke beberapa hari sebelum hari itu, dimana hari pembagian raport dilangsungkan.
“Bwooy!!! Gua masuk IPA!!”, pamer saya.
Tidak lama teman saya itu keluar dan memberitahukan juga dia bisa masuk ke jurusan manapun, sama seperti saya.
“Hahaha tapi selam eug, pindah ips nih! Ngapain IPA cuma buat gaya-gayaan, buat apa eug nelajar rumus kalau sudah tau kuliah nanti akan berkutat dengan kuas”, kata saya.
“Ya udah dah,lip, lu masuk mana IPA apa IPS kalo lo tetep gua juga tetep, kalau lu pindah gua juga pindah”, kata teman saya. Maklum, teman saya yang satu ini beberapa kali suka kesurupan sendiri kalau saya sedang mencoba melawak, diawali dari beberapa tahapan :
Tahap satu : saya akan melakukan hal yang sudah menjadi hobi saya.
Tahap dua : dia akan mendengarkan atau memeperhatikan dengan baik, tak lama dia tertawa.
Tahap ketiga : saya berhenti melawak.
Tahap keempat : dia masih tertawa, makin lama makin keras, air mata mulai menetes.
Tahap kelima : tawa makin keras, kepala goyang-goyang, air mata makin menetes, saya ketakutan.
Tahap keenam : Pacarnya mencoba menyadarkannya.
Tahap ketujuh : Tawa perlahan mulai mereda, saya masih ketakutan.
(aja-aja ada ya teman saya, tapi sumpah loh ini serius)
Pulang kerumah, ibu saya malah mengomel karena saya masuk IPA dan itu menguatkan niat saya pindah.
(aja-aja ada ya teman saya, tapi sumpah loh ini serius)
Tapi ya begitu masuk ternyata saya msuk IPS3 dan dia masuk IPA1, dia membuat hatiku berantakn, dia membuat hatiku tak kruan (Iatighfar lip, dia itu cowok!)
Hahah akhirnya saya penasaran dan melihat siapa saja teman-teman sekelas saya nantinya, dan..
Terimakasih Ya Allah, kau damparkan aku di kelas yang dipenuhi gadis-gadis yang sedap dipandang mata dan guru-guru yang mengajarnya sangat..ARRGHH…santai abis!
Hahah..untung saya IPS.
Sepulangnya, teman saya bercerita kepada saya bahwa di kelasnya tidak ada anak yang asik buat diajak ngobrol, belum lagi dia sekelas lagi dengan teman saya yang..eh, bukan deng, teman dia yang olahraga maupun tidak olahraga sanagt berbau sengit namun terkenal suka sok JB, ada lagi teman saya..eh, teman dia yang gayanya berasa paling pintar dan paling tahu segalanya…
HAHAHAH..dan jackpotnya adalah…
Kelas ipa Cuma satu kelas, jadi dia akan 3 tahun sekelas bersama teman dia yang “tidak sadar akan murahnya harga rexona namun suka join bareng ke tempat dimana anak-anak ngobrol padahal tidak ada yang mengajak sehingga pada akhirnya bikin tongkrongan bubar” tersebut.
Selamat ya you guys!!
Tadinya saya piker Cuma akan menulis sampai disitu hingga teman saya yang notabene seorang anggota osis juga menelepon
“Halo pilo ya?pil mona nih mona”
“Woiyoi! Kenapa?”
“Sapi biru disemutin apa”
“Ultramilk!”
“Oh, terus…”
Bip… batre hp saya habis, sembali mengecharge dan menyalakan kembali hp, saya berpikir buat apa Mona yang kelas XII menanyakan menu makanan untuk anak baru, namun hal itu dibuyarkan oleh hp yang bergetar kembali.
“Terus konyaku apaan?”
“Nutrijel, emang buat apaan si”
“Kagak..sepupu gua bokapnya jantungan gara-gara stress mikirin gituan”
“Ya elah, itu gampang kali kalo lo ngeliat dari sudut pandang di supermarket”
“Em..iya sih..”
Nah berarti siapa yang salah?
Ya teman saya yang masuk IPA!
pada kesempatan kali ini, saya akan mengucapkan trima kasih yg sebesar2ny untuk sdr. Drs.Ir.Philosophia ,Spg yg telah melambungkan nama saya dr cerita "Sumpah mati saya hampir bikin orang mati" ini. saya tidak tau apa yg akan saya hadapi sebelum dan sesudah cerita itu dibuat. sekali lg trima kasih!
ReplyDeletewith love,
iirued