16 November 2011

Nyanyian Pohon Bodhi

Ini adalah kali pertama di mana saya tidak merasa membara.
Tidak ada mimpi yang menggebu, tidak meletup, tidak berkobar.
Tidak membakar.

Lebih cenderung menjadi air. Terasa sejuk, namun terus mengalir.
Saya tidak pernah tahu,
dan saya tidak membiarkan diri saya tahu kemana ini akan bermuara.


Tapi Tuhan,
jikalau benar ini adalah air,

Jadikanlah ia Zam - zam yang senantiasa mengalir
dan tak pernah kering.

29 October 2011

A Town Called Buddha


Hardboardcut print on paper

Stigmata



Spray paint on paper

17 September 2011

Fix you.

Hari itu sama seperti biasanya, sedang bersama Zilla. Kali itu di Jogja, waktu itu sedang makan. Setelah dari situ dia rencananya ingin ke tempat temannya, sebut saja namanya Megi karena memang itulah namanya.

Singkat kata setelah makan kami rencananya pergi ke Rumah Mirota buat makan es krim, padahal kata mama saya harusnya setelah makan kita baca hamdallah. Tapi baru setengah jalan menuju Rumah Mirota, Zilla sudah ditelpon untuk segera kesana. Yasudah, putar arah. Tapi entah kenapa di motor saya merasa sedih campur canggung gitu. Saya selalu menengok ke spion untuk melihat Zilla. Bukan maksud ganjen. Iiiiiih gak gituuuuu!! yaudah deh gue ganjen tapi emang kenapa sih ama dia ini. Setelah saya drop dia, saya kembali ke kosan. Tentu saja kosan saya, masa kosan kamu. Lagian saya juga gak tau kosan kamu di mana, main main lah makanya, sombong abis!

Di kosan saya smsan sama Zilla, tadinya saya juga mau smsan sama kamu tapi saya gak tau nomor kamu, sms lah makanya, sombong abis! Tapi setelah lewat tengah malam tidak ada sms balasan, yasudah saya pikir Zilla sudah tidur. Ada baiknya kalau saya juga mencoba tidur. Ditengah percobaan tidur yang gagal itu ada yang menelpon saya, saya tidak terkejut karena hari itu bukan hari ulang tahun saya, jadi buat apa saya terkejut kalau ada telepon tengah malam. Tapi terkejut sih boleh saja kalau ternyata itu telepon menyuruh saya untuk kembali lagi ke tempat tadi karena Zilla kecelakaan. Dua hal yang saya tau adalah, yang pertama saya gak boleh panik dan yang kedua ini bukan pertama kalinya Zilla kecelakaan. Seperti sudah jadi hobi dan saya tidak bisa melarang hobi seseorang.

Saya turun dari tangga, karena kamar saya di lantai dua dan mengeluarkan motor setengah mati karena motornya diparkir di bagian paling dalam, tapi tentu saja di lantai satu. Kalau motornya diparkir di lantai dua saya tidak habis pikir kenapa kalian bisa berpikir begitu. Saya menuju selatan, dan berharap, "PLEASE BANGET KERJAIN GUEEE!!!" Saya hanya berharap sedang dikerjain, saya sampai di sana dan ternyata Zilla baik - baik saja dan semua menertawakan saya. Tapi ternyata tidak, kali ini serius.

Ketika saya datang Zilla sudah menggigil lengkap dengan asmanya yang kumat. Badannya sudah berbalut lapisan selimut yang gagal membuatnya hangat. Wajahnya menjadi keunguan tapi tolong jangan kamu pikir tiba - tiba dia kecelakaan malah jadi mirip Pasha Ungu, please banget jangan. Dari sana saya bersama beberapa orang temannya putar - putar beberapa Rumah Sakit, mencoba untuk memanggil dokternya ke rumah. Dokternya sih pas dipanggil nyaut, tapi tetep gak ke mau ke rumah. Akhirnya setelah 3 rumah sakit menolak, tidak ada dukun yang bertindak karena kami kembali pulang, dan membangunkan anak - anak kontrakan sebelah untuk pinjam mobil dan kami ke rumah sakit, dan blah blah blah, gak saya ceritain biar seolah - olah mendramatisir.

Setelah hal - hal dramatis yang kalian bayangkan, Febby bertanya kepada saya sudah bolehkah kita melihat Zilla, saya hanya terdiam, dan kami langsung masuk saja ke dalam. Ternyata di dalam si Zilla sudah meronta - ronta dari kasur dan mencoba melepas selang yang membantunya bernafas. Kami segera kesana dan tiba - tiba dia marah - marah. Dia bilang dia kepanasan ngapain sih pake selimut banyak banget, pokoknya intinya dia amnesia deh, tapi kalian jangan bayangin yang dramatis - dramatis banget yah, soalnya disana saya malah mengarang cerita kalau dia habis di perkosa, kalau dia sedang mimpi, kalau dia sedang berhalusinasi, kalau dia habis coba bunuh diri karena putus dari saya dan selalu berbeda cerita tiap kali dia bertanya. Jahat? biarin.

Akhirnya kami bawa dia balik kembali, dan semua orang kembali tertidur. Tinggal kami berdua yang terjaga, itulah saat di saat dimana saya mendikte apa saja yang telah dia lupakan. Dia ingat saya, tapi dia lupa tentang kami. Bukan karena dia jahat, tapi karena dia jatuh. Saya ingat bagaimana dia tersenyum setiap kali dia mengingat sesuatu dan bagaimana dia mengulang - ngulang untuk memberitahukan hal yang dia sukai dan saya ingat jelas dimana kami memutar lagu Coldplay yang bukan berjudul Aishiteru.

Terimakasih Tuhan telah membuat dia kembali baik - baik saja.

03 September 2011

Only once in your life.

Only once in your life, I truly believe, you find someone who can completely
turn your world around. You tell them things that you’ve never shared
with another soul and they absorb everything you say and actually want
to hear more. You share hopes for the future, dreams that will never
come true, goals that were never achieved and the many disappointments
life has thrown at you. When something wonderful happens, you can’t
wait to tell them about it, knowing they will share in your excitement.
They are not embarrassed to cry with you when you are hurting or laugh
with you when you make a fool of yourself. Never do they hurt your
feelings or make you feel like you are not good enough, but rather they
build you up and show you the things about yourself that make you
special and even beautiful. There is never any pressure, jealousy or
competition but only a quiet calmness when they are around. You can be
yourself and not worry about what they will think of you because they
love you for who you are. The things that seem insignificant to most
people such as a note, song or walk become invaluable treasures kept
safe in your heart to cherish forever. Memories of your childhood come
back and are so clear and vivid it’s like being young again. Colours
seem brighter and more brilliant. Laughter seems part of daily life
where before it was infrequent or didn’t exist at all. A phone call or
two during the day helps to get you through a long day’s work and
always brings a smile to your face. In their presence, there’s no need
for continuous conversation, but you find you’re quite content in just
having them nearby. Things that never interested you before become
fascinating because you know they are important to this person who is
so special to you. You think of this person on every occasion and in
everything you do. Simple things bring them to mind like a pale blue
sky, gentle wind or even a storm cloud on the horizon. You open your
heart knowing that there’s a chance it may be broken one day and in
opening your heart, you experience a love and joy that you never
dreamed possible. You find that being vulnerable is the only way to
allow your heart to feel true pleasure that’s so real it scares you.
You find strength in knowing you have a true friend and possibly a soul
mate who will remain loyal to the end. Life seems completely different,
exciting and worthwhile. Your only hope and security is in knowing that
they are a part of your life.


bob marley

29 August 2011

Nomas (masih) morantis

Jadi, saya dan Zilla bikin peraturan kalau saya dua kali menentukan tempat tujuan untuk jalan, berarti dua tempat selanjutnya adalah giliran Zilla. Ya, sekedar mengamalkan sila kelima. Dan itu tidak penting karena yang penting adalah kali itu giliran Zilla dan Zilla mengajak ke Monas.

Tapi sebelum ke Monas, kami ke Hokben Plaza Blok M  dulu. Sekedar memenuhi ngidamnya Zilla akan salad dan mengenang masa kejayaan Disemutin Bersaudara di bilangan sana. Selesai menemani Zilla makan, saya mengajari Zilla tentang pelajaran kehidupan, saya mengajari dia banyak hal, salah satunya adalah bagaimana cara menghentikan laju eskalator. Dan hal itu mengajari saya banyak hal, salah satunya adalah rasa lapar di menit menit terakhir menjelang buka. Lalu kami memutuskan untuk ke Es Teler 77. Kami sampai dan melihat kalau sepertinya disana hampir penuh, yasudah kami duduk saja di sebuah meja dengan dua kursi yang kosong.

Lalu tiba - tiba mbak waitress in vain for your love datang sambil membawa menu dan memberi saya pensil. Tentu saja pensilnya bukan untuk dimakan tapi untuk menulis apa yang saya mau makan, dan saya bingung karena sebenarnya saya tidak duduk di area es teler 77 dan tempat dimana saya duduk itu sepertinya spesialis daging sapi kalau saya liat dari menunya. Sementara saya sendiri tidak makan daging - dagingan karena kata Zilla daging - dagingan itu plastik. Akhirnya dengan kekompakan luar biasa, saat mbak - mbaknya lengah, kami cabut pindah. HAHAHAHAH, please deh -.-". Setelah dari situ kami berniat keluar, tapi malah nyampe di Bread Talk, yasudah terlanjur jajan. Ke Monas bawa roti, udah kaya mau piknik.

Setelah makan kami langsung cabut ke Monas dan sejujurnya rada bete gitu sama temennya Zilla, karena kalau bukan gara- gara dia perjalanan kali ini bisa dua kali lebih menyenangkan atau dalam Bahasa Inggrisnya "Double Fun", atau dalam Bahasa Indonesianya, "Ganda Ria". Tapi yasudahlah yang penting kami sudah sampai di Monas, dan kami masuk, lalu tiduran di aspal. Sejujurnya pengen ngeliat bintang, padahal kami berharap bintang malam itu lagi indah - indah dan menunjukkan keindahannya, tapi yang ada malah bintangnya lagi malu - malu jadi hanya menunjukan kemaluannya. Jadi langitnya gelap. Akhirnya kami bangun sejenak makan salah satu roti yang tadi dan kembali tertidur. pas kami kembali tiduran menatap langit yang gelap gurita itu, tau - tau ada kembang api oke gitu tepat di atas kami. Siapa sih yang masang? udah kaya FTV banget deh sumpah :3

Lalu kami kembali bangun untuk makan pudding dari Bread Talk yang dimana mbak - mbaknya lupa memberikan sendok dan kami akhirnya makan dengan tangan. Kalau saja kamu ada di sana pasti kamu merasa iba melihat kami, tapi kalau kamu benar - benar ada di sana pasti saya usir..gangguin orang pacaran aja sih. Hahahahahahah, setelah itu kami sibuk gak jelas gak jelasan, jalan sambil roll depan di aspal, ketawa - ketawa gak guna, saya menyebrang sambil menggendong Zilla (walaupun gagal) tapi tetap menyengankan. Pokoknya menyenangkan! kalian sudah pernah nonton film Radit ♥ Jani? Sama! saya juga pernah.

28 August 2011

ceyamat yebayan :3

Semoga di hari yang Fitri ini kita penuh dengan Cinta

Biar makin disayang Allah dan juga Farrel

17 August 2011

Udah deh gak usah muluk - muluk

Selamat hari tarik tambang nasional!

11 August 2011

Hidup ini pilihan

Iya, betul. Hidup adalah pilihan, sayangnya sekalipun ini hidup kita, kenapa yang memilih harus orang tua kita? Saya paham betul kalau orang tua selalu ingin yang terbaik buat anaknya, tapi pernahkah kalian dengar cerita tentang seorang anak yang tuli.

Anak tersebut tuli, dan orangtuanya menabung untuk membiayai anaknya operasi agar bisa mendengar kembali. Ketika uangnya terkumpul, anak tersebut dibawa ke rumah sakit tanpa diberitahu untuk apa sebelumnya. Suprise maksudnya. Hingga bla bla bla dan operasinya sukses!

Si anak yang tadinya tuli tersebut kini bisa mendengar semua suara. Tapi yang ada malah dia tidak tahan mendengar semua kebisingan tersebut, dia suka ketika semuanya hening. Dia ingin kembali tuli, dan dia kecewa kenapa orang tuanya membuat dia bisa mendengar, tanpa ada diskusi sebelumnya dengan dia. Tanpa bertanya, apakah anak tersebut ingin bisa mendengar.


Apa sih yang kita tau soal yang terbaik buat orang lain? Toh yang menjalani kehidupan ya orang tersebut, bukan kita. Dan sayangnya kita bisa apa soal orang tua, hanya sekedar bilang "Ah!" saja tercatat sebagai sebuah dosa, apalagi menolak kemauan orang tua (baca:perintah) tentu kita akan dicap sebagai anak durhaka, dan durhaka itu seingat saya adalah runner up dosa terbesar yang tidak diampuni Tuhan. Tapi Tuhan, durhakakah orang tua kita jika beliau memaksakan yang baik menurut mereka menjadi yang baik untuk kami?

Kalau seorang anak ingin menjadi pemain bola, kenapa orang tuanya harus memaksa dia menjadi dokter.


Stay tuff ya, sayang. :)

05 August 2011

Lima Tahun Kemudian

Dulu, saya pernah nanya ke Çanti, "Kita nanti pas lima tahunan kaya gimana yah?"

Dan walaupun kami tidak sampai ke lima tahun sebagai pasangan, pertanyaan saya tetap dijawab Tuhan. Untung saya gak nanya macem - macem. Karena kemarin, 4 Agustus 2011 saya sedang berada di Grand Indonesia, dan pemilihan tanggal itu tidak direncanakan, murni takdir.

Tapi pokok permasalahannya adalah, kemarin saya di GI buka puasa bersama Nobu, Çanti, dan Rangga. Nobu itu kakak saya, Çanti adalah mantan saya sekaligus sahabatnya Nobu, dan Rangga itu mantannya Çanti. Hahahahahah. Dan tentang siapa saja yang ikut, itu bukan takdir, murni direncanakan.

Jangan tanya bagaimana hubungan kami sebelumnya, yang jelas saya tuliskan saja testimoni dari teman - teman saya mengenai buka puasa yang cukup mengguncang ini.

"Çan, Philo sama Rangga jalan bareng? Ini magic apa guenya yang norak?!"
Obin

"WHUUUUUUUUUUUUT!!!Çanti Pocchi? Rangganya Çanti? KOK BISAAAAA!!!!!"
Tata

"Ah gue melewatkan moment ini. Videoin dong!! gue mau liat Olip sama Rangga ngobrol."
Agi

Setelah berbuka, datanglah Miko. Sebenarnya Miko bukan mantan dari Nobu, jadi tidak berpengaruh. Kecuali kalau datang Agi dan Cabe, itu baru berpengaruh. Karena Miko adalah mantannya Cabe, dan Cabe adalah mantannya Agi, dan Agi adalah mantannya Nobu.

Bagaimana kalau kita realisasikan saja pertemuan ini?
Mutual Exes Gathering, pertemuan orang - orang yang profesional sebagai teman. Hahahahah

Begitulah.



Anyway, selamat ya buat Zilla.
JIYE MASUK ISI!~

29 July 2011

21 July 2011

Mutual Friends Gathering #3

Hebat ya! udah ketiga aja. Saya aja gak inget apa pernah ngepost yang pertama ke sini. Saya aja bahkan sempet lupa yang kedua dimana. Yang jelas kali itu saya ingat ada di parkiran motor Blok M, sama Ical, lagi ngopi walaupun gak bawa flashdisk. Lagi nunggu Kintari walaupun dia sudah punya pacar tapi kita berdua tetap saja rela nungguin dia. Gak berapa lama, gak sampe sebulan akhirnya Kintari datang bulan.

Dari situ kami gak langsung berangkat kemana - mana, menunggu kabar dulu dari Fiya, setelah Fiya berkabar, barulah kami berkabur menuju Galnas dengan menggunakan Transjakarta. Tapi sebelumnya kami transit dulu di Harmoni, sembari menunggu Zilla. Tentu saja Zilla yang dimaksud bukan Zilla yang ini.


Gila aja ya kita nungguin Damian "Junior Gong" Marley A.K.A. Zilla di shelter Harmoni kayanya ampe gimbal gue nyentuh tanah juga gak bakalan dateng. Zilla yang saya maksud adalah gadis yang baru saja menerima anugerah sekaligus tertimpa musibah karena tiba - tiba jadi jadian dengan saya. Dari sana akhirnya kami semua berangkat menuju Galnas dengan kondisi sudah telat setengah jam dari yang di jadwalkan sebelumnya dengan Fiya dan Riri. Satu shelter sebelum Galnas, Ical bermonolog apakah ini akan ke kanan atau ke kiri, ternyata ke kanan dan kami melewati Galnas begitu saja dan menyebabkan kami harus ikut Transjakarta sampe Senen (Shelter Senen maksudnya, kita juga gak mau sampe berhari - hari di dalam Bus yang dulunya dingin tapi sekarang sudah tidak lagi itu) dan kemudian kembali ke shelter Gambir I. Singkat katanya sih kita salah turun, tapi PR. Dan telat sejam dari jadwal.

Akhirnya kami sampai di Galnas, sekarang jumlah orangnya menjadi 28, dan mari saya sebutkan satu persatu. Disana ada Ical, Kintari, saya, Zilla, Fiya, dan Riri. Loh kok cuma 6? tadi katanya 28? Iya memang ada sekitar dua puluh delapan, tapi saya kan gak bilang kalau semuanya itu teman saya. Kami di sana seperti selayaknya orang menonton pameran dan ketika saya lihat HP ternyata sudah ada 3 SMS dari Nadine yang menyatakan dia sudah sampai, dari tadi, dan baru saya lihat. Dan akhirnya saya samperin itu Nadine. Nadine lalu masuk, melihat - lihat sebagaimana yang kami lakukan, dan akhirnya kami semua keluar bersama - sama untuk pindah ke Ragusa. Saya bilang ke Nadine yang dari Malang itu kalau Ragusa itu es krim paling enak se Jakarta, tapi kemudian saya ralat karena sebenernya biasa aja.

Lalu saya bilang kalau Ragusa itu es krim paling tua seJakarta, jadi es krimnya disimpen dari zaman belanda sampe sekarang, kalau ada pesanan baru dikeluarin. Maksud saya sih sebenarnya agar terkesan berkelas seperti anggur, tapi malah terkesan menjijikan ya. Yasudahlah itu tidak penting karena sekarang kami semua ada di Ragusa, dan sekarang sudah ditambah dengan seorang Hanna. Kami semua bercerita banyak di sana. Sampai ke sebuah dialog yang cukup serius walau tidak seserius yang ada di TV One.

"Gue tuh kaya gitu karena gue peduli sama temen gue.", itu kata seorang Hanna.

"Tapi sekarang  justru lo kehilangan temen lo, kan?",
itu kata seorang saya seorang diri.

Yang saya lihat sebenarnya lucu. Sebenarnya ada dua orang sahabat yang peduli satu sama lain. Namun sayangnya manusia itu seperti uang logam, yang punya dua sisi. Pasti ada sisi baik, dan pasti ada sisi buruknya. Jadi tidak ada yang sepenuhnya salah, dan tidak ada juga yang sepenuhnya benar. Namun sayangnya di antara persahabatan dan kepedulian, seringkali ada ego di tengahnya. Ego loh ya, gak pake "B". Kalo pake "B" jadinya egob. Sudahlah, kita semua sudah besar, dan karenanya kami semua akhirnya cabut dari Ragusa. Saya tau itu tidak nyambung, tapi yasudahlah. Intinya kami semua beranjak dari Ragusa.

Tujuan selanjutnya adalah TIM. Dan kali ini di TIM, sudah tidak ada Zilla, Hanna, Fiya, dan Riri. Mereka semua pergi meninggalkan kami, tetapi mereka tidak jahat. Mereka hanya punya kepentingan pribadi masing - masing. Saya, Ical, Nadine, dan Kintari memutuskan untuk ke Planetarium, menikmati bintang di kala matahari masih sibuk bercahaya. Keluar dari sana, Nadine ingin melihat IKJ, pergilah kami ke dalam.

"Ini IKJ?", tanya Nadine

"Iya, ini udah kampusnya", jawab Ical

"Kalo aku jadi kuliah disini gimana yah?", tanya Nadine lagi

Lalu ada mahasiswi yang datang melewati pagar melalui tangga. Kalau kalian anak IKJ, saya tau kalian lebih paham dari saya.

"Tuh, kaya gitu", kata kami kepada Nadine

Kami baru saja ingin masuk ke dalam sampai tiba - tiba ada mas - mas nyaut - nyautin kami. Ternyata itu Idham, dan akhirnya kami mengobrol untuk kemudian mencari makan. Di sana kami makan dan membahas tentang Ivan yang tidak bisa datang dan disusul dengan Toro Elmar (atau biar lebih lucu mari kita panggil dia Toro LMAO) yang sudah sampai dan kami nyamperin dia. Gak berapa lama datang Sofwan dan selanjutnya saya sudah tidak ingat lagi karena terlalu banyak kenalan yang saya kenali di sana.

Dan singkat kata, kita sudahi aja agar terkesan kentang. HAHAHAHAH

16 July 2011

Ancol itu blur!

Oke, tebak saya dimana? yak! di depan monitor. Tapi maksud saya. tebak saya ada di mana waktu cerita ini saya mulai. Saya di Blok M, menunggu Ical. Tebak mau ngapain? Reuni Pildacal. Please deh, Pildacal tuh terakhir ketemu waktu saya masih nulis di blognya friendster dan akhirnya jadi salah satu postingan awal di blog ini.

Ketemu di kampus aku aja ya, gimana?
(Itu Tata yang tanya, saya males juga aku kamuan sama Ical 0.0)

Kampus A apa Kampus B 
(Itu  saya yang tanya, masa Tata mulu)

Kampus B, Sudirman Park

Oke , oke

Aku udah nyampe   shelter

Bentar yaa aku OTW

Kampus B kan

Iyaaaa


Singkat kata, saya sudah ada di kampus B, dan saya liat ada sms,


Aduh aku bodoh banget deh, kenapa gak akunya aja yah yang ke Shelter Busway Karet


Sebenernya aku nungguin kamu ngmg gt dari tadi, aku udah nyampe nih.

Kan biar kita naik bemo bareeeeeng :"""") bentar ya

Dan itu dia, datang sambil berteriak dan melayangkan sebuah pelukan yang tertunda sekian tahun lamanya. That was so "titik dua tiga". Ngerti maksud saya? -> :3 .Dari sana beralihlah kami semua, menuju sebuah tempat yang orang - orang namakan sebagai Ancol. Sesuatu yang orang sering sebut - sebut sebagai pantai, dan tersebutlah kami berada di sana. Kami mulai dengan sampai, dan duduk gak ngapa - ngapain nungguin bis gratis dan hanya duduk - duduk sambil minum yang sayangnya harus bayar. Berkelakar sampai berakar. Dilanjutkan dengan narsis.

Dari sana, datanglah bisnya, kami naik dan kami turun di Pasar Seni, dan main - main ke galeri yang kalau tidak salah ingat namanya NAS. Kamu tau, kami masuk. Dan kami bermain, seolah kamilah yang berpameran dan galerinya milik salah satu dari orang tua kami, hingga akhirnya satpam yang wajahnya sama sekali tidak mirip Briptu Norman datang dan mengingatkan kami. Untung pak satpam yang sama sekali tidak mirip Briptu Norman itu tidak melihat bagaimana kami memindahkan sebuah kursi yang tadinya digunakan untuk duduk menonton video kami alih fungsikan menjadi tripod.

Dari situ, kami lapar dan kami beranjak keluar. Kami bingung, sebenarnya saya yang membuat mereka bingung karena saya tidak bisa, tepatnya tidak ingin memakan yang mereka makan. Bukan alergi, tapi pilihan. Hanya saja itu membuat kami bertiga hanya duduk di tangga dekat tempat makan (yang bahkan belum kami lihat menunya itu, dan entah kenapa kami lebih suka duduk - duduk di tangga sambil heboh itu) Sampai akhirnya kami liat sebuah bangunan berwarna ungu, walaupun itu ungu, kami tidak menebak kalau itu adalah Pasha, kami malah mengira kalau itu adalah Solaria. Dan kami hanya tetap duduk di tangga sambil nanyain mas - mas yang lewat, "Itu Solaria bukan, mas?" semuanya menjawab "bukan", tetapi kami tetap sabar dan tabah menunggu sampai ada yang bilang "iya".

Tapi tidak ada yang mengatakan demikian hingga kami memaksa diri kami untuk bangun dan melihatnya sendiri, dan tidak ada satupun dari mas - mas yang tadi yang berbohong. Dengan rasa tengsin gela, akhirnya kami balik lagi ke tempat tadi dan memilih makan di lantai bawah aja. Di lantai bawah loh, bukan di bawah lantai. Lalu kami makan, dan mulai mengobrol banyak, dan berlanjut ke pantainya, main tebak - tebakan dan semua permainan yang tidak menggunakan battre dan kesemuanya tidak ada yang penting.

Kami menghabiskan waktu dengan duduk, memandang sesuatu yang namanya perahu, yang ada di atas laut. Dan Tata mulai memperagakan apa yang Summer dan Tom lakukan di taman, di film (500) Days of Summer. Cuma saya dan Tata yang memperagakannya, si Ical gak ikut - ikutan. Tapi tiba - tiba ada abang - abang tukang perahu yang lewat dan memperagakan hal yang sama, lalu dia bilang, "Udah mendingan naek kapal aja yuk. poto - poto biar kaya di pilm tetanus, eh tetanus..titanic!". Kami tertawa sebagai penghargaan sekaligus penolakan.

Setelah seharian tidak penting, kami mulai mengobrol banyak. Tentang masa depan kami, tentang masa depan teman - teman kami. Wahai beberapa teman kami, semoga kalian tidak menaruh dendam kepada Dewa Ganesha hanya karena salah satu kampus yang memakainya sebagai lambang menolak kalian. Semoga kita termasuk orang - orang yang bisa membedakan yang mana "jalan" dan yang mana "tujuan". Semoga kalian tau, yang namanya cita - cita itu mencapai "tujuan", bukan mencapai "jalan". Bisa jadi kalian mencapai tujuan kalian dengan jalan yang tidak kalian duga sama sekali sebelumnya, atau kalian ingin tetap memaksakan, tetap berjalan tapi belum tentu sampai ke tujuan. Tentu kita ingin jalan dan tujuannya tercapai, tapi kalau Tuhan punya jalan dan tujuan yang lebih baik, masa kita mau maksain kehendak kita yang masih gambling sama kehendak yang udah jelas - jelas jelas.

Semoga sepuluh tahun dari sekarang, Pildacal bisa duduk di tempat yang sama. Di saat di mana ical tidak sedang mengurus tokonya, Di saat di mana Tata sedang pulang ke Jakarta dari NY, dan di saat di mana saya sedang pulang ke Jakarta dari Amsterdam. Tapi mungkin kalau jarak waktunya di ubah jadi 12 tahun dari sekarang, dan saat itu Tata belum punya suami berarti kalimatnya saya ganti jadi "di saat di mana saya sedang pulang ke jakarta dari NY juga". HAHAHAHA

Apasih, apapun itu, the future is not ours to see, que sera sera, what ever will be, will be. Dan apapun yang lebih baik dan lebih mengagumkan dari ini, saya siap, Tuhan. Saya siap.

14 July 2011

Begitulah

Facebook kalah pamor sama Twitter
Melayu kalah pamor sama Korea

Sukailah!
Nikmatilah!

11 July 2011

Kalau kau bisa, silahkan saja.

Pagi itu saya bangun, dan seperti biasanya saya beranjak untuk mengambil spidol dan mulai menulis di dream journal saya. Tapi sebelum saya menulis, saya meluangkan waktu untuk sedikit mengetik, melalui sebuah telepon selular.

Semalem aku mimpi kamu

Mimpi apa?

Kamu minta aku ngubur kamu


ORANG GILAAAAAAA ._. kok mimpinya jahaaaat!

suruh ganti mimpinya!


Hahahahah, mana bisa.
Aku takut mimpinya punya arti buat masa depan.



Iya, saya tau. Itu hanya sebuah mimpi, saya sebenarnya hanya ingin mendengar respon dia. Kita bisa saja berkata kalau itu cuma mimpi, gak bakal mungkin kejadian di dunia nyata. Padahal kenyataannya kita gak tau masa depan, dan mimpi itu cenderung kiasan.


Mimpi itu bunga tidur. Masa depan itu diatur sama Tuhan dan Nobita


Saya hanya bisa tertawa, dan selebihnya tersenyum. Ternyata dia masih seperti anomali yang sama seperti yang saya temui di baris terdepan sebuah pentas seni beberapa tahun lalu. Hanya saja kini versi lebih baik, jauh lebih baik

03 July 2011

Peace

Kayanya saya belum pernah upload karya woodcutprint saya deh, okelah, ini untuk yang pertama kalinya.


Apa yang kalian pikirkan soal lambang itu? apa yang ingin kalian komplain? bagaimana kalau kalian searching dulu arti lambang itu sebenarnya, baru bersuara. :D

May peace be with us. Be blessed!

02 July 2011

Kemana kita malam ini : Bali

Setelah perjalanan panjang, melintas laut dengan kapal, kami sampai juga di Bali. Saya sempat bingung gitu di pelabuhan karena ternyata ada pemeriksaan KTP, dan berhubung saya anti sistem, saya tidak mau membuat KTP. Hahahaha gadeeeng, KTP saya ilang gitu, untung bisa gitu pake KTM. Singkat kata, kami sudah di daerah Kuta, di Poppies Lane, dimana supir taxi menyarankan kami untuk menginap di Balimanik. Balimanik cukup menyenangkan, 150ribu/malam, dekat dari mana – mana, lengkap dengan fasilitas kamar mandi dalam, kipas angin, serta kalau beruntung ada suara – suara MILF dari kamar sebelah, hahahahah.

Gak pake basa – basi, kami langsung cabcus ke Kuta. Saya dan Riki langsung surfing, si Rahmat lebih memilih untuk duduk – duduk dan jagain barang – barang. Yasudahlah mau bagaimana lagi, hidup adalah pilihan. Tidak lama juga kami surfing, hanya beberapa jam, dikarenakan ketika kami datang hari sudah menjelang sore dan sekarang sudah menjelang malam, dan sumpah.. itu dingin. Akhirnya pulang. Perjalanan pulang kami lewat Twisted Monkey dan berakhir dengan kacau beliau!

Keesokan paginya, sebenarnya sih keesokan siangnya kami menyewa motor dan langsung cabcus ke Tanah Lot dan disana sampai menjelang malam, dan pulangnya kami berkeliling untuk mencari tenda, jadi kami niatnya mau bikin tenda gitu di pinggir pantai, tapi si Riki nyari di Jakarta gak sempet, dan di Surabaya mahal, ternyata emang bener, pas di Bali dapet tenda murah gila gitu. Dari sana kembali ke Balimanik dan kembali tidur. Tapi sebelumnya sempet ke Kuta gitu ngetes tenda, jadi dipasang, didiriin, pas udah rapi langsung dibongkar lagi. Biarin deh orang mau bingung juga ngeliatnya.

Hari selanjutnya kami bangun siang dan putar – putar Bali. Malamnya kami duduk – duduk di depan teras kamar sambil memasak menggunakan Korlap, kami masak mie dan rasanya menyenangkan, ketika tamu – tamu yang lain melewati kami dan saling menyapa. Untuk menambah suasana, kami memutar musik, kali itu lagu yang saya putar adalah Jerusalem, yang dibawakan oleh Alpha Blondy and the Wailers. Tiba – tiba ada seorang bule, dari kamar sebelah yang datang dan dia langsung memanggil temannya ke tempat kami. Mereka mengobrol dalam bahasanya yang belakangan baru saya tau mereka itu dari Argentina.

Mereka menebak – nebak nama penyanyinya, dan saya mengingatkan kalau itu adalah Alpha Blondy, mereka teringat dan berangkat dari sana obrolan kami pun memanjang. Berhubung saya tidak bisa Bahasa Argentina dan mereka tidak bisa Bahasa Indonesia, kami mengobrol dalam Bahasa Inggris. Terimakasih Inggris Raya karena kamu sudah menjajah banyak negara, kalau tidak kami pasti bingung. Si Bule itu pun menanyakan apakah kami akan ke Reggae Bar malam ini, dan tentu saja kami iyakan. Ketika kami sedang menikmati mie kami yang sudah matang, tiba – tiba ada dua orang turis Jepang yang datang. Dia tidak bisa Bahasa Indonesia, dan saya tidak bisa Bahasa Jepang. Kalau kamu disana pasti lucu melihat kami mencoba mengobrol. Oh, Inggris Raya, harusnya dulu kamu jajah itu Jepang, biar kami bisa ngobrol.

Selesai makan, kami semua dandan gitu rapi deh pokoknya untuk berangkat ke Reggae Bar, dimana dua bule itu sudah tidak di kamarnya dan kami tidak tau Reggae Bar mana yang mereka maksud. Akhirnya kami datang saja ke Apache, dan langsung melantai dan lagi – lagi Rahmat memilih untuk duduk – duduk saja. Ketika sedang joget – joget sok asik, sambil nikmatin lagu, liat – liat mas – mas gimbal gitu bikin pengen cepet gondrong, eh ada bule gitu yang nyamperin saya sambil senyum,

“Your hair looks like Bob Marley when he was young!”
“THANK YOUU!! My name is Olip, and yours?”
“Hi Olip, I’m Karen!”
“Where do you come from?”
“Holland!”
“Aaaa! I’m from Jakarta” (gue bingung gitu mau ngaku warga Jogja apa orang Manado hahaha)
“Are you Muslim?”, si Karen tanya gitu.
“Yes I am!”, saya jawab dengan bangga gitu.
“Assalamualaikum!”


Waaah, entah kenapa saya sempet senyum – senyum sendiri gitu, dan muka saya jadi berbinar. Saya jawab salam dia, dan gak berapa lama akhirnya dia caw. Joget – joget lagi. Tiba – tiba gerah dan ngerasa saltum gitu karena kami kayanya kerapihan, akhirnya pulang ganti baju, balik lagi, joget lagi, dan tiba – tiba ada bule dateng lagi dan kali ini cowok, dia liat saya langsung teriak, “BOB MARLEY!!!” dan langsung meluk saya.

“No! no! I’m not him. Hahahah”
“Yes you are!! You are Bob Marley!”
“Hahahahah, what ‘s your name?”
“I’m Bob!”
“Hi, Bob, I’m Marley!”


Saya ngomong gitu dia langsung ngakak, terus saya dibawa gitu ke tempat temen – temennya, tapi saya gak ngerti mereka ngomong apa, saya belum bisa bahasa Bule Mabuk. Hahahah, gak lama kami pulang.

Keesokan siangnya kami check out, karena sudah punya tenda kami memutuskan pindah, kali ini ke Dreamland dan kali ini kami tidak menyewa motor, kami hanya diantar naik mobil dan sampai disana sudah saatnya sunset. Tapi ternyata Dreamland bukan tempat dimana tenda bisa didirikan, akhirnya cabut lagi, pindah ke Jimbaran. Di Jimbaran kami mendirikan tenda, dan jujur saja kami kurang nyaman di sana karena perlakuan penduduk lokal yang kami rasa kurang ramah. Kejadian itu membuat kami kembali lagi ke Balimanik keesokan paginya.

Keesokan harinya , saya bangun terakhir, yang lain sudah pada di balkon karena kamar kami kali itu ada di lantai 2. Sambil duduk, saya lihat di sebelah saya ada kakek – kakek. Si Riki suruh ajak ngobrol, katanya dia bisa Bahasa Indonesia, eh bener aja loh bisa. Sumpah deh nih orang kaya Mbah Surip, cuma versi Korea dan non-dreadlock. Udah tua, suaranya kenceng, ngaco lagi kalo ngobrol.

“Kamu kuliah di mana?” itu si Kakek tanya ke Riki.
“Saya di Atma Jaya, di Jakarta.”
“Ambil fakultas apa?”
“Hukum.”
“Berarti nanti kamu jadi pengkhianat.”

Tuh kan ngaco kan, sekarang giliran saya yang ditanya.

“Kamu kuliah dimana?”
“Yogyakarta”
“Fakultas apa?”
“Seni”
“????”
“Art”
“Aaaah, Art! Berarti kamu jadi Jigelo!”


Saya bingung gitu, saya pikir dia ngomong Bahasa Korea, terus dia ke kamar gitu ngambil kamus dan nunjukin ke satu kata. Gigolo! Dan saya disuruh baca arti kata itu yang kenceng. Ahahahaha ngaco ni ah komunis. Abis itu dia ngomongin Jasepat, dan saya gak ngerti gitu, dan dia nunjuk ke kamus, G – SPOT! dan saya disuruh baca lagi yang keras.
Terus dia tanya ke Rahmat,

“Kamu kuliah di mana?”
“Belum, dia masih SMA. Siswa, siswa!”
“Aaah siswa?! Kamu masuk kamar!”


Hahahah jadi Rahmat dianggep masih kecil dan belum boleh denger obrolan kita gitu. Dia memperkenalkan dirinya dan ditutup dengan, "Saya dari Korea Selatan, pindah ke Korea Utara. I am Communist but very gentleman". Kami ketawa – ketawa aja dan setelah itu saya dan Riki jalan – jalan sementara Rahmat istirahat karena kurang enak badan.

Kami melihat seorang Bli memasang sesajen, mengobrol banyak soal itu dan saya tersenyum ketika dia bilang, “kita semua sama, cuma beda kulitnya.” Seandainya semua orang mau memandang dari cara pandang Bli tersebut, dan seandainya semua tidak mudah terhasut oleh pihak – pihak yang mencoba memecah kita semua.

Saya dan Riki sekarang main – main ke Pasar Tradisional belanja - belanji, dan pulangnya ke Sanur. Di Sanur kami ngobrol – ngobrol lagi dengan ibu penjual makanan disana. Tentang bagaimana sebenenarnya toleransi di Bali, tentang dampak Bom Bali, serta tentang kenapa perlakuan penduduk lokal Jimbaran kepada kami seperti itu. Terlaknatlah kalian yang mengaku Muslim tetapi tidak bisa mengamalkan akar kata dari Islam itu sendiri, Salaam, yang berarti damai. Terlaknatlah bagaimana kalian membunuh dan mengatasnamakan agama.

Setelah itu balik lagi ke Balimanik. Kami ketemu lagi sama bule Argen itu, sumpah saya belum tau namanya, dan akhirnya saya tau kalo namanya Nikolas, dan saya tanya kemana temannya yang satu lagi, katanya si Jose lagi sakit.

Akhirnya kami tengok gitu kan ke kamarnya, saya tanya sakitnya apaan, katanya “too much party” hahahahahha, terus kami ngobrol banyak dan kalian pikir sendiri lah, mereka dari Argentina, apa yang kita obrolin. Kemudian kami ajak gitu mereka masak bareng makan bareng. Kami makan bareng sama bule dan rasanya lucu. Apalagi ngeliat mereka doyan gitu makan Indomie, dan kepedesan makan ayam yang pake bumbu Bali gitu, gimana kalo diajak makan Salero Bundo. Habis dari situ kembali lagi ke Twisted Monkey dan akhirnya kami berlima, kembali lagi ke Apache Reggae Bar. Saya, Riki, dan Rahmat tidak berapa lama di Reggae Bar tersebut karena kami kembali ke Balimanik, untuk sekedar bertassawuf dan mengambil kesimpulan dan pelajaran dari perjalanan kali ini, setelah itu kami menikmati kuta di malam hari. Malam itu benar – benar penutupan yang sempurna untuk sebuah perjalanan, benar – benar AAAAAH THANK YOU LORD, terimakasih untuk semuanya.

Keesokan harinya kami pulang, niatnya sih pengen ke Lombok sama Samalona gitu, tapi mengingat soal dana dan waktu, karena Rahmat harus persiapan demo ekskul, jadinya kami harus pulang. Tapi tenang, perjalanan kita belum berakhir, you think it’s the end, but it just the beginning. Okeh!

Dadah Bali, dadah lucu, mungkin gak ya bisa ketemu lagi.

Kemana kita malam ini : Surabaya

Surabaya adalah tempat transit, tempat di mana saya akan berpisah dengan Sigit dan Adit yang berencana pulang ke Jogja duluan dan tempat bertemunya saya dengan Rahmat dan Riki, yang mana kami akan melanjutkan perjalanan ke Banyuwangi dan menyebrang ke Bali. Terlepas dari itu semua, sekarang saya, Adit, dan Sigit berada di Wonokromo menunggu Bondo, untuk selanjutnya menginap di tempatnya. Kami sampai dan tidur, paginya kami muter – muter udah kaya turis.

Setelah berputar – putar, sorenya saya janjian dengan Elang, untuk pindah menginap ke tempatnya. Kami bertemu di daerah Balai Pemuda. Selang berapa lama Elang datang bersama Domas, kemudian kami lanjut untuk cari makanan. Di sana saya ketemu temen – temennya Elang, rame gitu, dan saya lupa nama mereka satu persatu.Di lanjutkan ke tempat temennya Elang. Pas lagi ngobrol – ngobrol, Elang megang tangan saya keras banget. Gak lama anjing temennya lewat, Golden gitu, emang gede sih, hampir sepinggang saya. Elang langsung naik ke mobil dan langsung ngajak cabut. Di mobil Elang cerita kalo anjingnya tuh serem, dia makannya orang. Kalo laper anjingnya nyari bayi gitu, terus dikubur. Pas udah tinggal tulang baru dimakan sama tuh anjing. Saya cuma berpikir, anjingnya kan lagi laper banget sampe nyari bayi gitu, keburu mati juga anjingnya kalo ditungguin ampe tuh bayi tinggal tulang.

Hahaha, sudahlah. Elang bertanya apakah kita ingin mampir beli cemilan dulu, setelah diiyakan kami mampir ke Indomart. Elang dan Domas masuk ke dalam duluan, ketika saya masuk saya liat Domas udah megang – megang duren. Hebat kan? Saya rasa Domas doang yang cemilannya duren sampe 100ribu. Hahahah, di rumah Elang kami makan duren sampe mabok gitu, padahal udah dikasih setengahnya ke assistennya Elang. Kami gak kuat, kami serahkan semuanya ke Domas.

“Abisin ya, Dom! Abis kan ini?”, tanya Elang.
“Iyaa! Tenang aja.”, jawab Domas.
“Keren, Dom cemilan kon!” kata Elang seraya masuk kamar, disusul saya.

Hari selanjutnya kami habiskan dengan marathon DVD Dan Cap Xa sampai pagi di Dunkin Donuts bersama Borris dan Bocil. Dan keesokan harinya ke Stasiun untuk memesan tiket. Saya lihat kereta Ekonomi ke Banyuwangi jam 09.00 dengan harga 30.000, dan ada kereta Eksekutif dengan harga 90.000 ke Denpasar yang seingat saya berangkat pukul 15 lewat. Akhirnya setelah saya sms Riki, diputuskan untuk membeli tiket langsung ke Denpasar saja. Ternyata, harga tiketnya 150.000, gitu. Ya karena nanggung udah di depan loket saya beli buat 3 orang. Dari sana kita cabut.

Kemudian malamnya saya nemenin Albert and the Product perform, itu adalah bandnya Elang dan di sana juga saya bertemu Macan, Femy, Kiza, dan Marsha. Di sana jujur saya melihat pemandangan yang cukup gimanaaa gitu ya. Jadi itu kan acara DJ - DJan gitu, tapi saya liat ada gadis berhijab menenteng Bintang ditangannya sambil berjoget. Terlepas dari menikmati musik atau tidaknya serta diminum atau tidaknya Bintang tersebut, saya merasa ada yang aneh saja. Mungkin seaneh kalau kalian melihat ada mas – mas gimbal berbaju tie dye di dalam Masjid, tapi kita sama – sama tau mana yang lebih dan mana yang kurang.

Sesampainya di rumah Elang sudah masuk waktu pagi, padahal Riki bilang keretanya sampai di Pasar Turi pukul setengah tujuh. Kami tidur dan jelas kesiangan. Di tengah jalan menjemput Riki, entah kenapa saya ingin melihat tiket, dan ketika saya lihat tiketnya..

JAMPUT! AKUARIUM!


Kereta ternyata berangkat pukul sembilan dan posisi saya melihat itu jam sembilan kurang sepuluh, saya masih di jalan yang agak macet, dan belum menjemput Riki dan Rahmat, serta tas saya juga masih di rumah Elang. Yaudahlah saya pasrah gitu, sambil menata mood, saya SMS Riki, “Batal, coy ke Bali!”

Sesampainya di Pasar Turi saya langsung maaf – maafan gitu kaya lebaran, terus ngasih unjuk tiketnya. Dari sana kami tetap berangkat ke Gubeng. Di perjalanan, saya teringat sebuah Khutbah Jumat tentang mukjizat Surah Al – Fatihah. Jadi si Khatib bilang, dia sering berada di posisi seperti saya, tetapi sepanjang jalan dia membaca Al – Fatihah, dan ajaibnya keretanya telat keberangkatannya dan yang lebih ajaibnya itu bukan cuma sekali.

Oke, saya bukan si Khatib, tapi kami tetap membaca Al – Fatihah sepanjang jalan. Biar kalau – kalau keretanya telat haid, saya, Riki, dan Rahmat bisa langsung naik. Biarlah saja nanti tas saya dikirim via paket. Kami sampai di Gubeng dan bertanya kepada mbak – mbaknya. Alhamdulillah, keretanya sudah berangkat, tiket 500ribu hangus, dan kami jadinya membeli tiket ekonomi ke Banyuwangi.

Berhubung keretanya berangkat masih jam 2, kami ngambil tas dulu di rumah Elang dan makan. Pas kelar makan di Kedai Nostalgia Jalan Pacar (saya suka ketawa sendiri kalo inget nama jalannya) kami memutuskan untuk ke stasiun. Tapi pas mau masuk mobil, saya salah buka pintu mobil gitu. Saya buka pintu mobil orang yang dimana orangnya lagi nyender ke pintu dan yang dimana kalau saya buka lebih lebar pasti orangnya jatuh gitu ke belakang. Sepanjang jalan kami ngakak soal hal itu.

Kami di stasiun lagi, setelah perpisahan dengan Elang dan menunggu, keretanya datang. Kami naik. Keretanya harusnya berangkat jam 2, tapi sampe jam 3 masih ngetem di stasiun. Al – Fatihahnya manjur! Cuma salah kereta. Hahahahahahah. Emang bener ya, kalo minta apa – apa ke Tuhan itu harus spesifik. But everything happens for a reason, di kereta saya baru tau gitu kenapa saya labih baik naik kereta ekonomi. Hahahahay. Oke, tujuan selanjutnya Bali!

Kemana kita malam ini : Malang

Beberapa bulan yang lalu, Adit mengajak anak – anak untuk main ke Surabaya dan menyempatkan diri singgah di Malang. Saya jelas mengiyakan. Tapi yang terjadi sekarang malah saya, Adit, dan Sigit sedang berada di dalam kereta untuk singgah di Surabaya dan selanjutnya berangkat ke Malang. Perjalanannya biasa saja, kecuali mungkin ketika saya sedang benar – benar bosan tidak melakukan apa – apa di kereta dan memutuskan untuk mengisi waktu luang dengan menggimbal rambut Sigit. Seorang ibu di kursi seberang menenangkan anaknya yang sedang rewel dengan kata – kata, “tuh kalo bandel rambutnya digituin tuh!”, sambil menunjuk saya, dan sayapun hanya melihat anak tersebut sekedar memastikan tangisnya sudah berhenti.

Sebut saja kami sudah sampai di Surabaya, kami memutuskan untuk ke Balai Pemuda dan sisanya membunuh waktu di skate park. Sekedar menunggu jam keberangkatan kereta ke Malang, duduk – duduk melihat anak – anak sana main skate. Seolah – olah pro, hanya duduk dan berkomentar HA HA HA. Dari sana kami ke stasiun dan kemudian berangkat ke Malang. Keretanya sepi, dan kaminya lelah. Akhirnya kami memutuskan untuk tidur. Ketika bangun, saya lihat anak – anak tidak ada, saya tau mereka ngisengin saya, tetapi kalau mereka berekspektasi saya akan bingung dan panik mencari mereka kemudian mereka menertawakan saya, mereka salah besar! Karena saya memilih untuk tidur lagi. Saya bangun lagi, anak – anak masih tidak ada. Saya tanya ke kursi depan, malang masih 1 stasiun lagi, sayapun menikmati perjalanan yang gelap gulita itu, dan ketika sampai di malang, saya turun sendiri. Membiarkan dua orang anak itu yang mencari saya.

Kami di Malang, jam 9 malam, dan kali itu dingin. Temannya Adit yang tadinya ingin kami inapi tempatnya ternyata sedang di Surabaya, jadi kesimpulannya malam ini kami tidak tau mau tidur di mana. Daripada bingung, dan karena kami buta Malang, kami memutuskan untuk tidur di stasiun. Setelah makan, kami tidur, saat itu jam sepuluh, dan “Malang belakangan ini lagi kaya kutub!”, itu kata teman saya yang tinggal di Malang dan belum pernah ke kutub. Tidur pulas dan bergulat dengan rasa dingin. HP saya bergetar, dan saya dengar suara orang menyapu. Saya terbangun memandang langit, Alhamdulillah sudah subuh! Saya lihat HP saya, “Oh, SMS dari Chibi.”, setelah saya balas, saya lihat jam, “HAH! BARU JAM SEBELAS?!”

Saya lihat dua orang anak itu, mereka juga shocking pink, ternyata cuma tidur satu jam, dan jujur saja kami sudah tidak kuat kalau harus melanjutkan tidur di sana. Akhirnya kami memutuskan untuk ngopi, dan Sigit baru ingat kalau punya teman di Malang, dan Alhamdulillahnya kami di jemput dan akhirnya kami bisa tidur dalam sebuah kamar HA HA HA.

Keesokan harinya, saya janjian bertemu dengan Duro. Sebulan yang lalu dia bilang Agustus ini dia sudah berangkat mengejar cita – citanya untuk menjadi koala, ketimbang nanti susah ketemu – ketemu lagi menjadi salah satu alasan saya berangkat ke Malang kali itu. Tapi pas ketemu dia malah bilang, “Kamu ngapain sih ke Malang? Mau ketemu aku, ya? Orang aku berangkatnya diundur abis lebaran.” Ahahaha asli, ngeselin banget. Dari sana Duro bawa kami keliling kota Malang, setelah berpisah sejenak kami ketemu lagi untuk selanjutnya melanjutkan ke daerah Batu, sekedar menagih janji dia soal makan waffle, dan ternyata tempatnya tutup -_- . Akhirnya kami ke alun – alun Batu, sekedar nyobain wahananya yang ternyata tidak berasa itu.

Dari sana kami berangkat ke UM, bertemu dengan anak – anak HMJ seni rupa sana. Di sana juga ada Enay, anak Grafis ITB yang saya temui di UNJ dulu. Kami mengobrol – ngobrol, dilanjutkan dengan main Poker, dengan peraturan kalau kalah jongkok, dan kalau kalah lagi berdiri. Gedung HMJ seni rupa UM itu sakral, kalau kita ngatain yang lagi jongkok pasti selanjutnya kita yang kena, hadaaah. Peraturannya kalau menang pertama baru boleh duduk lagi, peraturannya menyenangkan, kecuali untuk saya yang sedang jongkok dan terus – terusan menang juara kedua. Karena pegel, saya bubaran, dan tidur.

Paginya, saya janjian ketemu Vanny di MOG, tapi anak – anak males jalan gitu, dan saya juga buta Malang, akhirnya saya bingung gitu juga gimana kesananya. Akhirnya kami balik ke kosannya si Aga, si temennya Sigit itu, yang kosannya di belakang UB itu, yang pintu kamar mandinya bisa di lepas dan bisa dipindahin buat nutupin pintu kamar mandi sebelahnya yang lagi dia pake sehingga dia sempet bingung keluarnya gimana itu.

Agak siangan, saya janjian ketemu sama Nadia di UB, akhirnya ketemu Nadia dan kami berangkat ke MOG, biar sekalian bisa ketemu si Vanny. Tapi pas nyampe MOG, ternyata Vannynya udah cabut. Tebak kemana? Nonton DBL di Gor UB. Ya Allah, gak jodoh amat hahahahahaha. Di MOG, saya ketemu sama Duro lagi, terus ketemu sama Nyon. Anyway, Duro itu nama aslinya Nadine. Nadine, Nadia, dan Nyon, mereka beneran anak Malang ya namanya “N” semua. Si Nyon dulu adik kelas saya, dan ternyata dia mainnya sama si Nadine juga, hahah kadang –kadang saya suka bagaimana cara lingkaran ini berputar.

Di sana kami fotobox gak jelas terus sorenya saya cabut lagi gitu ke Surabaya. Oke cin? Cabcus!

03 June 2011

Tak Los Do Moro


Talk Less Do More, tapi diplesetin sama orang Jawa jadi Tak Los Do Moro, yang Insya Allah artinya "dilepas pada datang". Entah kenapa saya lebih suka sama plesetannya. Entahlah, mungkin karena sedang merasakannya.

01 June 2011

Efek nyetak

Saya cuma mau bilang tiga hal.

Yang pertama, saya sedang tugas untuk UAS dan tinggal beberapa hari menjelang deadline.
Yang kedua, saya sudah muak dengan yang pertama dan memutuskan untuk ke warnet saja bersama Wisnu.
Yang ketiga, saya gimbal.

Jadi, saya sedang online, dan Wisnu datang ke bilik saya.

"Lip, ada kewec!", kata Wisnu. Saya tidak peduli kalian mengerti kewec atau tidak, yang jelas pada waktu itu saya langsung berdiri.

"Mana?!"

"Yee! bukan di sini, di salon sebelah."

"Yuk ke salon yuk!"

"Yaudah abis ini ye"

Setelah selesai online, kami ke salon sebelah.

"Mana nu?"

"Tuh die!"

"Ah biasa aja! Eh cakep deng!!"

"Yuk masuk, yuk!"


Akhirnya kami masuk ke salon, cuma sekedar ingin cuci mata. Tapi ngapain juga nih orang dua masuk salon tapi gak ngapa - ngapain. Akhirnya si Wisnu bilang begini,

"Mbak, temen saya minta dibonding, bisa gak?"

Si mbaknya ngeliat saya, terus ketawa

"Loh kok ketawa, mbak? bisa gak?", itu kata saya.

"Nggak bisa e mas", kata mbaknya sambil tertawa

"Serius mbak? masa nggak bisa?", saya dan Wisnu terus menanyakan hal yang senada, seolah - olah 'HELLO! PLEASE DEH MASA SALON GAK BISA BONDING?'

"Ngga bisa mas, rambutnya gitu"

"Yaudah deh, saya cari salon lain aja, makasih ya mbak! yuk Nu, di sini juga gak bisa, kita cari tempat lain aja."

"Yah..yaudah yuk."

26 May 2011

Seperti itulah

Seperti sebuah hal yang lucu setiap kali kau menolak belanjamu diplastik rapi. Dan juga setiap kali kamu menyimpan kembali sampahmu, ataupun milik orang lain dan mengembalikannya ke tempat di mana seharusnya mereka berada.

Seperti sebuah hal yang lucu setiap kali kau membiarkan instrumen yang memainkan kamu. Dan juga ketika kita menantang ombak dan membiarkan dihempas kembali.

Seperti sebuah hal yang lucu setiap kali kau mengolah nikmat-Nya menjadi kenikmatan untuk kita. Dan juga ketika kita menikmati semua yang ada di hadapan kita tanpa melakukan apapun.

Seperti sebuah hal yang sangat lucu setiap kali kau merahasiakannya dan mengingatkan kalau ini bukan soal mencapai tinggi dan tertawa, tetapi bagaimana menjadi rendah dan perenungannya. Dan juga setiap kali kau mencoba mengencangkan rajutan rasa takutmu terhadap Tuhan yang kian mengendur.

Seperti sebuah hal yang teramat sangat lucu ketika kita memutuskan untuk melebur dalam satu alunan yang sama, menapak jalan yang sama, dan membelah malam bersama.

Dan sepertinya akan terus menjadi hal yang sangat lucu tentang semua yang telah dan akan terus kita dapatkan. Terimakasih senantiasa membuatku mengadah ke atas dan tersenyum dengan lepas.

23 May 2011

Jangan kemanisan, nanti diabetes!

Berawal dari perbincangan singkat di laju hitam meluncur yang baru saja menjemput kami. Teh bijak berati selamat datang kembali. Sekedar memberi tahu sudah sejauh mana perjalanan hidup masing - masing.

"Lo udah pernah ngerasain sakit yang bener - bener sakit?"

"Gak tau, sakit yang kaya gimana dulu nih maksud lo? Sebenernya sekarang gue juga lagi main di rasa sakit, tapi gue gak tau apa itu rasa sakit yang lo maksud."

"Gue pengen ngerasain itu, kenapa kata lo?"

"Biar kebal?"

"Sebenernya bukan kebal, tapi kita bisa ngontrol emosi kita, waktu kita lagi sedih kita bisa ngontrol itu biar gak kebawa terus, tapi pas lagi seneng kita juga jadi ga lupa diri."

Irie, bredren!

Gue tau, semua yang kita omongin itu bukan mimpi. Tapi takdir yang kita udah tau, ibarat kita ikut UAN tapi udah megang bocoran. Gue tau kita bakal ngeliat masing - masing kaya yang selalu gue bilang. Gue tau tujuan gue, terimakasih karena selalu ngingetin buat milih jalur yang bener.

Anyway, aku ngeliat kamu. Aku tau itu kamu, aku inget setiap garisan yang aku tarik, untuk menarik kamu kesini.

Blessed up!

22 May 2011

Uh baby i love your way!

Selamat pagi! Jam segini saya bilang pagi karena saya baru bangun, kenapa saya baru bangun, karena semalam saya baru dari Indonesia Reggae Festival yang ada Big Mountainnya itu. Terus kalo misalkan kamu tanya, "Gimana Pil semalem Big Mountain?", pasti saya jawab, "Gak tau, gue tidur!".

HAHAHAHA, acaranya dari pagi sampai pagi lagi, macam woodstock saja. Semua dansa di mana - mana, semua tidur di mana- mana, semua senang di mana - mana.

Gak sempurna, tapi terasa sangat menyenangkan! Tahun depan lagi ya, Tuhan.

19 May 2011

Shorttermwhislist


Okay,  sebutlah ini daftar keinginan jangka pendek saya. Dan dengan disebutnya sebutan tersebut maka postingan ini saya mulai. Kita awali dulu dari satu sebelum kita akhiri sebagai satu kesatuan nantinya.

1.         Tadinya sih saya pengen dapet IP 4. Tapi tanpa sadar sepertinya saya sudah jadi mas – mas yang memburu IP dan nilai, sampai pusing sendiri. Padahal saya tidak minum alkohol tapi ujungnya saya bisa mabuk tugas. Sampai saya seperti merasa kehilangan diri saya sendiri dan ujungnya kehilangan Das.  Olip kan harusnya woles, yah kan yah kan?! Lagian saya pikir – pikir lagi, sebenernya saya juga gak butuh dapat IP 4, itu cuma buat nyenengin nyokap doang. Dan nyenengin nyokap kan gak cuma dengan IP 4. Masih banyak jalan menuju Roma, dan Roma tidak akan mulai tanpa Soneta. Jadi, wishlist pertama ini kalo gak kewujud juga gak apa – apalah.

2.         Saya pengen beli Vespa LX 150 gak pake boong! Terus pengen upgrade iRie (iRie itu nama komputer saya), terus pengen beli iPod ,terus apalagi yah, pokoknya banyak sih sebenernya. Dan kalo ditanya duitnya darimana, ya dari duit Beasiswa. Jadi kan saya mengajukan Beasiswa ke kampus, padahal dapetnya 1.500.000, Iku wae nek entuk. Tapi maunya udah macem – macem. Sampai – sampai Rama bilang, “Lu apa – apa beasiswa mulu dah, emang segede apa sih kayanya bisa beli semuanya.”, “Gede lah, Ram! Pokoknya lo bisa nikah sama Doti, terus sisanya bisa buat bangun studio sama nyekolahin anak lo sampe UGM.”, begitu jawab saya. Ya seandainya saja jumlah beasiswanya segitu, tapi sayangnya nggak. Jadi wishlist kedua ini kalo gak kewujud juga gak apa – apalah.


3.         Saya pengen Inspector Vijay manggung. Inspector Vijay itu band gak jelas alirannya apa, jadi mending jangan di denger. Latihan setengah jam udah bisa bikin lagu empat, bayangin aja bentuknya gimana. Short Termnya sih cuma pengen pamer lagunya ke Chibi. Tapi long termnya, kan di kontrakan Sigit di depannya ada semacam botol gitu, terus suka diisi receh, terus saya iseng ambil gypsum dan menulis, “DANA BANTUAN PEMBANGUNAN MASJID AL – MUDHOFAR”. Mudhofar itu nama belakangnya Sigit. Si Sigit ketawa – ketawa sambil bilang, “Boleh, boleh, boleh” ala Mbah Surip. Dan saya teruskan, “Jadi ntar setiap Inspector Vijay manggung, kita nyisihin duit kesini. Lagu sih boleh berantakan, tapi kan tetep beramal. Tapi berarti entar nama Masjidnya Lutfi Mudhofar Yeroushalaim, biar pas gitu ama nama belakang personilnya.” Terus si Sigit nanya, “Lah Rama gimana.”, Rama kan nama baptisnya Sylvester, ya gak sinkron aja gitu. Lagian kayanya nama Masjidnya kepanjangan, kalo gak kewujud juga gak apa – apa kok, yang penting niatnya baik, selama ada niat disana ada takbiratul ihram kok.


4.         Saya pengen nikah! Beneran deh ini short term, bukan long term. Saya pengen nikah pas umur segini, ya nikah aja gitu tapi kawinnya nyusul kalo udah kerja. Yang penting punya surat nikah, biar kalo tinggal bareng, terus digrebek sama Pak RT bisa pamer surat nikahnya, biar Pak RTnya tengsin gila gitu. Ngomongin soal nikah pernah ada dialog gini sama Tata. Kalian tau Tata? Kalau gak tau kayanya kalian harus ubek – ubek postingan saya beberapa tahun kebelakang. Dialog ini diawali dari Tata.


Nyet, kalo sampe umur 40, kita sama – sama belom nikah, kita nikah ya.
Yah, kelamaan! Gimana kalo 30 aja?
35 deh
32, mau gak?
Oke, deal! Kelingking dulu!
Nikah kok kaya beli kain yah nawar – nawar. Hahahah, tapi saya tau kok nikah itu sakral, saya milih – milih juga, gak sembarangan mau gitu juga diajak orang nikah, emangnya MLM apa ngajak – ngajak orang. Tapi ya kalo gak kewujud nikah pas umur - umur segini juga gak apa – apa kok. Tapi kalo yang soal 32 itu kewujud, gapapa banget kok, Tuhan. Sumpah deh gak apa – apa banget.

5.         Saya pengen Java Trip liburan ini, pengen muter ke kampungnya anak – anak angkatan saya. Tapi kalo gak kewujud juga gak apa – apa. Yang penting saya pengen pulang, ke Jakarta. Jakarta yang hectic gila itu, yang metropolutan dan bisa mancing emosi kapan aja di mana aja itu. Hhhh… Ayo pulang! Ayo main!



Udah ah.  Yaudah sih, kalo nambah pasti gue tulis lagi kok. Hahaha.
Blessed love!

18 May 2011

Blaze up, then blessed up

Sweet Lord,

I know that i'm not Your best

but thank You for always be my Greatest





I love You.

13 May 2011

Pulang

Dan aku dipasang oleh selai cokelat yang kini telah kembali surut
menyisakan gemuruh mendung yang pelahan reda kilatnya

hari ini hujan tidak turun, sayang

sepertinya, entahlah
aku rasa kamu sudah mulai berani menantang cahaya matahari

sebenarnya aku lebih suka memandang awan bergumul dengan mesranya
membiarkan air mencumbui rerumputan

tapi cerah sepertinya lebih baik
meninggalkan mendung dalam diamnya

esok sepertinya tetap cerah
semoga saja 


23 April 2011

semoga moga saja

disini saya dipanggil Olip Bahagia

seperti layaknya Al - Fatihah saya harap ini hanyalah sebuah pembukaan

yang saya tutup dengan amin.

dhuar ceter

Alkisah saya menunggu, tetapi yang ditunggu tidak jadi datang. Alhasil saya mengiyakan tawaran ke Jakarta yang sudah saya tolak mentah - mentah dan kini saya biarkan menjadi setengah matang karena sebenarnya kondisi keuangan saya sudah sangat menipis.

Ada apa di Jakarta?
Ada Monas.

Tapi Monas bukanlah alasan saya kesana. Saya kesana menuju UNJ untuk menghadiri perhelatan yang Insya Allah akbar, sebutlah namanya Dhuaaaaar Ceter, Yang seolah - olah bunyi petasan tapi sebenarnya akronim dari dua hari cetak terus. Sebuah pertemuan mahasiswa grafis dari beberapa kota yang bisa kalian maklumi kalau saya tidak bisa menyebutkannya nama institusinya satu - satu karena saya lupa.

Saya kesana naik kereta ekonomi, berangkat dengan super santai dan akhirnya sampai. Di kereta tidak banyak yang terjadi kecuali Pinyo dan Ika yang duduk di depan saya bernyanyi - nyanyi theme song Chibi Maruko Chan sepanjang jalan, lalu kami tertawa - tawa, lalu bernyanyi - nyanyi seolah suporter bola, dan selang beberapa stasiun keretanya benar - benar dinaiki suporter bola. Untunglah kami tidak berteriak - teriak menirukan suara gajah.

Mungkin lelah, akhirnya satu persatu tumbang. Di kereta mulanya tidur dengan tenang, sampai lama - lama kepala dan kaki mulai bertemu, beberapa sudah mengubah posisi tidurnya dari di kursi menjadi di bawah kursi dan juga diatas, di tempat dimana biasanya orang - orang menaruh tas.

Akhirnya sampailah kami di Jatinegara, dan semuanya mencoba turun dari kereta dengan super santainya. satu kalimat terakhir yang saya dengar dari belakang saya adalah "ini kitanya yang jalan apa keretanya yang jalan yah?", dan kemudian saya turun (baca : melompat dari kereta yang sudah mulai jalan dan baru menyadari bahwa masih banyak teman saya yang belum turun, red)

Sampailah kami di UNJ, tidak banyak yang saya bisa ceritakan. Sebenarnya banyak, tapi tidak banyak niat yang bisa saya kumpulkan untuk menuliskannya. Maaf ya, maaf kalo aku cuma bisa minta maaf terus tapi aku pengen kamu bisa ngerti posisi aku, aku tuh males. Hahahahaha

Yang tidak ingin saya lewatkan untuk saya ceritakan kepada kalian adalah, pagi pertama di UNJ saya mengajak teman - teman saya untuk ke Labschool guna hunting kimcil sekaligus sarapan. Akhirnya kami makan nasi uduk di depan Labschool sana. Kami makan seperti orang biasa makan kecuali ketika selesai makan, si Yossie mendadak tertidur pulas dalam posisi duduknya. Mulanya Rama pikir dia sedang bermain HP, tapi tidak ada HP ditangannya dan baru disadari ternyata dia tidur. Akhirnya karena kami tidak sampai hati membangunkannya, mungkin dia lelah, jadi kami biarkan saja dia menikmati tidurnya dalam posisi duduk di depan tukang nasi uduk pinggir jalan.

Sebenarnya saya ingin berlama - lama di Jakarta, sekedar melupakan dan membiarkan tugas - tugas saya menumpuk, dan berharap tugas saya bisa menyelesaikan dirinya sendiri. Tetapi apa daya hari sabtu saya memiliki janji dengan mata kuliah sketsa 2 untuk Ujian Tidak Serius yang disingkat UTS di Parangtritis. Walhasil saya pulang lebih cepat dan bertemu teman lebih sedikit.

Sesampainya di Yogya, saya mengumpulkan niat untuk mengerjakan sesuatu yang disebut skripsi kecil - kecilan tapi seolah - olah itu hanyalah makalah biasa yang deadlinenya sudah lewat seminggu yang lalu itu. Ketika berkutat dengan niat, saya disms oleh Sigit, yang mana pada saat itu saya sedang berada di kontrakan Sigit dan Sigitnya sendiri masih ketagihan naik Transjakarta sampai lupa pulang.

Intinya menyatakan bahwa ujian sketsa diundur. Saya sempat merasakan perasaan yang hanya bisa digambarkan dengan emoticon T.T . Tapi ternyata Sigit berbohong, dan saya tetap merasakan perasaan yang hanya bisa digambarkan dengan emoticon T.T .

Sampailah ke hari di mana ujian sketsa tersebut, saya datang, bla bla bla, dan akhirnya kami berangkat. Kami sampai di Parangtritis dengan 4 kertas yang cukup besar walau tidak sebesar pulau Ambalat pemberian kampus (kertasnya, bukan Ambalatnya, red). yang tentu saja harus diisi sketsa. Kami sampai di pantai dan itu jam 12 dan saya tidak memakai sandal ataupun sepatu dan saya jalan di atas pasir. Dan kami akhirnya duduk dan tidak melakukan apa - apa. Beberapa teman saya akhirnya mulai sibuk dengan kuas dan tintanya masing - masing, dan baru selesai satu gambar si Bunga malah mengajak foto - foto. Akhirnya kami malah foto - foto dan kemudian saya lanjut untuk sekedar membasahi rambut. Saya melihat beberapa teman saya sedang berenang dengan hebohnya, seolah - olah mereka sedang berada di pantai. Saya akhirnya dengan sukses ikut bermain bersama. Menantang ombak, seolah - olah kuat padahal akhirnya kembali hanyut terbawa arus. Dan setelah itu, pulang.

Lalu apa yang saya dan teman - teman saya dapat?

Kesenangan.

Saya lebih membutukannya dibanding menyelesaikan UTS saya sekarang.

Lalu bagaimana dengan UTSnya?

Hahahaha, woles jae jon.

19 April 2011

-












in life i know there's lots of grief,
but Jah love is my relief.

02 March 2011

Si Alan

Jadi alkisah ada mahasiswa asing di kelas saya, namanya Alan.Umurnya sekitar 40 tahun. Dia ingin belajar tentang seni grafis dan dia tidak punya alat, jadi dosen saya menyuruh salah satu di antara kami untuk menemaninya membeli alat - alat. Si Alfin yang merupakan orang Jogja asli dan sudah khatam jalan mengiyakannya. Tapi ketika kelas selesai, tiba - tiba Alfin hilang. Tentu bukan tiba - tiba hilang dalam arti harfiah, saya tau dia pulang tapi hilang itu cuma jadi istilahnya, Jadi jangan pikir Alfin belajar ilmu mistis atau Alfin itu semacan sendal yang ditaruh sembarangan di pojok masjid. Kami menunggu sambil mencoba mengobrol dengan si Alan tersebut dengan Bahasa Inggris seadanya, kalau kamu ada di sana kamu pasti tertawa kalau lihat kami mengobrol, tapi saya pasti bingung ngapain juga kamu ada di sana.

Akhirnya dengan rasa iba kami memutuskan untuk menemani si Alan tersebut, banyak yang iya - iya namun ujungnya yang menemani dia hanya saya, Adit, dan Bunga. Perjalanan pertama di mulai ke tempat Sigit, di mana kami akan menitipkan sepeda dan motor, sekaligus menunjukkan kepada Alan karya - karya dari Sigit. Kami turun, dan Bunga memarkirkan mobil si Alan. Saya ke dalam duluan mengobrol - ngobrol dengan teman - teman yang di dalam, dan tiba - tiba ada suara misuh - misuh in English dari luar.

"OH NO! YOU BROKE MY CAR! NOW MY CAR IS BROKEN!"

Mobil si Alan nabrak tembok, sejujurnya sih gak parah - parah amat, cuma tinggal maju dikit sama belokin kanan dikit juga bisa keluar, tapi dia kayanya udah bt gitu dia cuma bilang, "i'm not moving, i need some garasi" (yang dia maksud sebenarnya adalah bengkel). Apalagi kalo yang ngasih saran si Bunga, bulenya udah ngamuk - ngamuk aja, "I DON'T WANT TO HEAR IT FROM YOU!". Akhirnya saya sama Adit manggil mas - mas bengkel, dan sesampainya di sana mas - mas bengkelnya cuma ketawa - tawa, ya karena memang gitu doang kok ampe manggil bengkel. Akhirnya mobilnya diangkat bersama - sama dan si Alan ketawa - ketawa lagi. Koplak!

 Akhirnya rute pertama kami ke pergi membeli hardboard, belum ada hal apa - apa yang terjadi, kami hanya mengobrol - ngobrol biasa. Di dalam mobilnya ada topi, dan saya bertanya apakah saya boleh memakai topinya. Akhirnya dia mulai keluar aslinya, kami akhirnya foto - foto dan fotonya belum bisa saya upload karena kami belum sah berteman via jejaring sosial. Kami terus melaju dalam mobilnya dan tiba - tiba dia berhenti masuk di Bank. Tidak dapat parkir, dia bingung dan dia bilang sendiri, "ooh, i've been here, i know where to go." Akhirnya dia ambil parkir di bawah. Sesampainya di parkiran bawah dia bertanya, "Kemana kita?", lah gua pikir kan dia mau ngambil duit ya, terus bingung terus dia nanya lagi ngapain kita ada di sini. Akhirnya masuk lagi dan jalan lagi. Kami kemudian ke Malioboro untuk membeli beberapa pisau cukil dan roll, si Alan bertanya apa kita mau makan, dan akhirnya kami makan gudeg.
Alan duduk sambil bilang "saya duduk untuk gudug", kami tertawa dan mengajarinya untuk berkata"gudeg" dan kami makin tertawa semakin keras dia berusaha untuk ngomong "gudeg" dan akhirnya kami tertawa bersama - sama. Saya bernyanyi - nyanyi dan ujung - ujungnya kami nyanyi "Yellow Submarine" di tempat gudeg sama bule koplak. Dari situ kami berangkat lagi untuk beli cat. Makin lama si Alan makin parah, di tengah lampu merah dia membuka kaca dan teriak ke orang sebelah, "Monggo, monggo" setelah sebelumnya ada orang yang ban sepedanya lepas, dia membuka kaca dan berteriak, "kasihan" dengan nada mengejek ala bule yang sok Jawa.

Kemudian kami bergegas kembali ke tempat Sigit dan sebelumnya kami mengisi bensin, baru sampai si Alan sudah buka kaca dan teriak, "Matung Ruwung" maksudnya adalah matur nuwun, dan saya bilang "beluuum!!" untuk menunjukkan bahwa belum saatnya dia bilang terimakasih, eh dia malah teriak "beluum" juga ke mas - mas pom bensin sambil ketawa - tawa. Mas bensin nanya si Alan mau ngisi berapa, dia bilang "sedikit saja, saya sudah bangkrut."

Dan akhirnya kami ke material dan kembali lagi ke tempat Sigit. Sepertinya banyak yang terlewat, tapi yasudahlah, saya banyak tugas untuk dikerjakan. Kapan - kapan saya kenalkan kalian dengan si Alan, oke?!

09 February 2011

Joe and Donna

Jadi, pada awalnya saya hanya menggabungkan judul lagu The Beatles dan Bob Marley and The Wailers menjadi quote untuk saya pribadi. Let it be, time will tell. Tapi ujungnya ketika saya sedang mendengarkan lagu di WinAmp jadi terbesit ide untuk membuat sebuah cerita dari judul lagu. Dan beginilah jadinya, sebuah kisah cinta antara Joe dan Donna.


 

Sepertinya tidak bisa dizoom, kalau begitu saya kasih ini aja deh


25 January 2011

Sekaten gone wild

Damar, yang kali itu datang dengan memakai kacamata bulat (dan sebenarnya saya harapkan membawa spanduk bertuliskan “imagine peace”) memang datang untuk memfoto saya kali itu. Dia lantas memberikan saya make up kit dan menyuruh saya untuk lekas merombak wajah saya sembari dia mengatur kameranya sendiri. Baik saya, maupun dia tidak ada yang bisa mempergunakan ini sebelumnya, jadi hasilnya gagal seperti ini.


Hahaha, sebenarnya bukan gagal, tapi memang dimaksudkan jadi seperti itu. Sebenarnya bermaksud lebih, tapi ya kembali ke kalimat awal, baik saya, maupun dia tidak ada yang bisa mempergunakan ini sebelumnya. Tujuan selanjutnya adalah kilometer 0. Dan sebelum berangkat saya sempat usul ke Damar untuk tidak usah memakai helm. Damar bertanya kenapa, dan saya pun langsung mengilustrasikan begini.
Kami naik motor, tidak pakai helm. Pak polisi lihat dan kami diberhentikan, pak polisi bertanya:

Kenapa yang belakang gak pake helm?
Hah?
Itu kenapa yang di belakang gak pake helm?
Apaan sih pak? Yg di belakang siapa? Saya sendirian gitu.
. . . . .
Pak, saya buru – buru nih
. . . . .
Pak!
. . . . .

Untuk mempercepat waktu, akhirnya rencana tidak berhelmnya dibatalkan. Kami keluar komplek dengan suasana ba’da maghrib yang selalu gelap di jalan keluar komplek saya. Dari arah berlawanan, ada seorang gadis yang sedang santai bersepeda dan wajahnya langsung shocking pink melihat wajah saya. Saya hanya diam, diam dalam arti sesungguhnya, menahan kedip, menahan gerak, serta menahan napas. Entahlah apa yang dipikirkan gadis itu, semoga kamu baca blog ini ya, dik.

Kami sampai, dan ternyata tidak seramai yang diharapkan. Tapi kami tetap mengambil beberapa gambar dan beberapa orang yang lewat beristighfar. Akhirnya kami melanjutkan ke sekaten. Kata si Damar masuk sekaten bayar. Saya tidak yakin, soalnya kemarin saya datang dan tidak bayar. Tapi kemarin Damar datang dan bayar. Yasudahlah kami jalan saja dan kata mas – mas yang jaga “yasudahlah, masuk masuk.”

Entahlah, saya merasa lucu di sekaten seperti ini dengan reaksi orang yang berbeda – beda. Ada yang mungkin menganggap saya sebagai personel band metal hidrolik, ada yang mungkin menganggap saya sebagai ikon makanan cepat saji cepat mati, ada yang lari ketakutan melihat saya, ada yang tersenyum kecil, banyak anak kecil yang tertawa dan saya ajak salim, ada juga penjaga yang bertanya, “kui lanang po wedho?”.

Begitulah dan kami foto lagi. Saat pengambilan gambar disini ada yang histeris liat saya, akhirnya saya ikutin saja, di ngumpet di balik temannya, dan temannya tertawa dengan puasnya. Akhirnya saya dan Damar pindah tempat, tapi ternyata ketemu mereka lagi. Tapi dia tidak sadar kalau kami sedang berfoto di belakang dia, di posisi di mana dia sedang memfoto teman – temannya. Akhirnya saya menghampiri dan benar – benar dalam posisi di belakang dia. Dia menoleh histeris dan teman – temannya tertawa lebih puas dari sebelumnya.
Kami jalan lagi dan ada ibu – ibu yang bilang “temboke mlaku”, dan banyak anak kecil yang dadah – dadah. Sebenarnya saya bingung, kenapa malah anak kecil excited, dan remaja yang histeris melihat saya. Dari situ kami lanjut ke awul – awul.

Dimulai dengan mbak -mbak stand motor yang semuanya ketakutan melihat saya, saya datang semua berhamburan. Seolah - olah galasin, seolah - olah bukan. Akhirnya saya duduk sementara dia promosi sesuatu yang tidak saya simak dengan baik. Dia bahkan tidak tau saya menyimak atau tidak karena dia tidak berani menatap saya, mungkin karena dia tau cinta itu dari mata turun ke hati.



Kemudian dilanjutkan ke tempat baju, di mana malah banyak yang ingin berfoto dengan saya. Semisal mas - mas angkringan.


Ada juga yang minta di foto, tapi pas saya samperin mukanya panik. Dia bertanya,

Ngapain nih?! Ngapain nih?!
Lah katanya mau foto?
Bayar gak nih?
Nggak lah..

Setelah saya bilang gratis, yang di mana tadinya yang ingin difoto hanya satu orang akhirnya membelah diri jadi sekian.



Kemudian saya lanjutkan lagi difoto di beberapa tempat, lalu akhirnya bergegas kembali pulang.
Di jalan ada anak kecil melihat saya dan dengan polosnya berkata, "ih putih banget!" Dan selanjutnya ada yang bertanya kepada saya, "Mas itu asli, mas?" dan saya jawab, "asli kok!"

Soalnya dia nanyanya gak spesifik, dia gak jelas nanya yang asli itu gimbalnya apa warna kulit putihnya. Kalau gimbalnya ya jelas asli, tapi kalau dia lebih spesifik nanya, "Mas itu warna kulitnya asli mas?" Pasti saya jawab, "HELLOOOOOOOOOOOOOO?! GILE AJE LOOOOO", sambil menjentiknyamukan tangan ke udara.

Akhirnya dilanjutkan untuk singgah makan ke tempat saya biasa makan. Saya datang dan ibu - ibu penjualnya sempat shock namun akhirnya tertawa melihat saya senyum. Si bapak yang jual tadinya juga sepertinya ingin menjitak saya tapi lupa kalau saya tidak bisa dijitak.




Kami mengobrol banyak, dengan seorang balita yang riangnya tertawa melihat saya. Dan semua berakhir dengan bapak penjual yang menyuruh saya ikut acara lawak. Terimakasih ya pak atas sarannya, nanti akan saya pertimbangkan dengan wakil sekertaris saya demi kemaslahatan umat bersama. Wassalam


ANW, fotonya nyusul.