27 August 2008

Bagian pertama (Mahakam-Bulungan)

Kisah yang sama, ditulis untuk kedua kalinya dalam versi saya, kalau mau lihat versi Disemutin I bisa lihat di blognya, tinggal klik pada link dan anda akan masuk pada blognya. Praktis kan? iya dooong.. top lady, semir rambut paling praktis. (Apaan sih freak!!!)

Kisah ini tidak akan terlupa, mungkin suatu saat nanti bila cucu saya punya blog juga akan menuliskan kisah ini. Kisah ini juga sering kali diperdengarkan ulang di SMA 6 Jkt, di kala murid - murid sedang mencari alasan agar tidak belajar, maka cerita ini akan berkumandang.

Mahakam, 19 Juni 2006

Seorang pria berambut kusut acak - acakan memakai baju lengan ngatung bergambarkan Jejaka Luar Angkasa dan bertas slempang berisikan serta bertempelkan stiker datang perlahan dengan langkah gontai pantomim pantomim joget joget sok keren gimana gitu menuju arah lorong kantin paling pojok.

Disana ada dua orang menunggu, seorang bersweater polos, generasi pertama dari Disemutin dan satu orang lagi, gak usah disebut deh dia MT.

"Mana amunisi?!"

Teman saya memberikan kertas stiker, kami mulai menggambar bebas.

Akhirnya kami siap dengan perbekalan kami, kami berangkat di sekitaran Bulungan.

Menempel disana - sini, sampai saya melihat sebuah telepon umum yang sudah tidak bisa dipakai menelepon lagi.
"Cover me! cover me! gua mau sulap."
Dalam hitungan menit gagang telepon umum itupun beralih fungsi menjadi gantungan tas slempang.

Kami terus berputar2, dari mobil kfc sampai bis kota semua kebagian jatah.

Dari Plang iklan, Rambu - rambu, sampai ke lampu merah semua kebagian jatah.
(FYI, keesokan harinya jalanan Radio Dalam macet parah karena warna merah kuning hijau pada lampu lalu lantas berubah putih)


Semua berjalan sesuai rencana hingga kisah baru dimulai.

Sekarang kami sudah berempat, di Plaza Blok M kami memulai dengan meja informasi.

"Maaf mbak." (Mata menatap mbak-mbaknya, sementara tangan saya mulai menggerayangi tas saya, mencari dimanakah letak stiker)

"Oh dari sini kamu lurus aja naik belok kanan." (Si mbak menjelaskan jalan, stiker sudah ditangan, pelan pelan memisahkan antara putih dan kuning dari stiker)

"Oh makasih ya mbak!" (Menempel stiker, mata masih menatap mbak-mbaknya, sambil berlalu ngeluyur pergi)

Tidak lama teman - teman saya datang untuk mengambil foto
(Lantas apa gunanya nempel stiker ngumpet - ngumpet kalo fotonya terang - terangan gitu yah?)

Mbak - mbak yang jaga pusat informasi bingung - bingung GR gitu, untung dia tidak berpose bugil.


Akhirnya kami berangkat, berputar - putar, menempel - nempel di sepanjang toko, timezone, bioskop, toilet, semua kebagian.

Hingga saat dimana kami naik eskalator.
Kaki menahan pada laju tangga sementara badan menarik kebelakang, dan apa yang terjadi?

Ya! benar sekali, laju eskalator itu berhenti, akhirnya kami menempel di sisi kiri eskalator tersebut.

Hingga kami sadari, di belakang kami sudah ada bapak - bapak berbaju hitam membawa HT.

Hoalaah, feeling gak enak..akhirnya kami mengambil langkah seribu, berhubung waktu itu duit saya tinggal gope - gopenya, saya minjem dulu gope sama Disemutin I, itulah gunanya teman.

Tanpa berpikir panjang, atau lebih tepatnya tanpa berpikir sama sekali kami lari sekencang - kencangnya, jangan tanya kemana 2 orang teman kami, mereka berprilaku seolah - olah mereka bukan bagian dari kami, padahal mereka juga ikut menempel - nempel.

Kami berlari tak tentu arah, naik ke lantai paling atas, lalu turun lagi, berputar - putar, sampai akhirnya kami melihat dua orang bergoyang - goyang kepala. Yang satu berbaju merah, yang satu berbaju biru, akhirnya kami teplak saja kepalanya, mereka goyang makin kencang. Hahah, sempat - sempatnya kami bercanda, para pengunjung restoran Jepang pun bingung melihat tingkah polah kami.

Akhirnya kami berlari ke arah parkiran.

Kami masuk, tiba - tiba teman saya berhenti. Terlihat wajahnya sudah tidak kuat, karena lari sendiri adalah pengkhianat, saya diam di tempat walaupun saya tahu yang berseragam kian mendekat.


HAP! LALU DITANGKAP!

1 comment:

  1. huahahahaha sumpah stolol bgd lo hahahha
    fia(temennya icul)

    ReplyDelete