10 August 2008

Skizofrenia

Saya punya teman, saya tidak tahu apa yang salah dengan dia tapi yang pasti dia itu salah, dia bukan orang yang suka bersosialisasi, bukan seorang yang suka melucu, bukan pula seorang pemadat.

Sebut saja namanya Dimas, saya menyebutnya dimas untuk merahasiakan nama Indra syah alamnya agar tidak diketahui orang.

waktu itu sedang pelajaran muatan lokal, (entah kenapa teman - teman saya menyingkat muatan lokal menjadi mulog) tepatnya tour guide.

"Indra!", panggil guru saya.

"Iya bu" jawabnya dengan tangan kiri menjadi alas kepala untuk tidur dan tangan kanan diangkat ke atas, kondisi badan bergoyang2 seperti orang naik bajaj. Serius, saya tidak tahu apa yang salah dengan dia tapi yang pasti salah!!


"kamu bikin pr nggak?"

Posisi badan masih sama, tapi kali ini tidak angkat tangan, tangan kiri menjadi alas tangan kanan, tangan kanan menjadi alas kepala dan kepalanya menjadi alas kaki, hahah ngga lah.

"Ngga bu!"

Tapi tiba - tiba dia bangun dari tidur malas ala kukangnya dan mengambil tas yang berada di bawah mejanya yang selama ini diperlakukannya tak lebih dari keset.

Dia dalam posisi duduk, mengambil tas, mencari - cari prnya (padahal jelas - jelas dia sudah bilang tidak mengerjakannya) sambil bergumam sendiri "mana ya pr gua.", tiba - tiba dia berhenti kurang lebih 3 detik diam, kemudian mencari buku dalam tas, kemudian diam, kemudian mencari lagi, kemudian kembali lagi ke posisi tidur malas ala kukang.

Ibu guru memanggilnya ke depan untuk presentasi, dia bicara sendiri, "aduh aduh aduh gimana ya."

Kamu presentasikan apa yang sudah kamu buat.

(Tugas kali itu adalah berlaku seolah kita tour guide, dan para murid, termasuk ibu gurunya adalah para penghuni bis, sang tour guide bertugas menjelaskan tentang Monas)

Dia kemudian bertanya, "bu gimana pertamanya?"

"Ya kamu ucapkan salam dulu dong", jawab bu guru.

"Assalamualaikum", Dimas membuka presentasinya.

"Walaikum salam!", jawab sekelas.

Tiba - tiba dia berhenti.

"Kok berhenti? lanjutkan dong!"

"Iya bu"

"Assalamualikum", buka Dimas untuk kedua kalinya, teman - teman tersenyum - senyum.

dia terdiam kembali, sekitar satu menit, kemudian berkata

"Assalamualaikum!", buka Dimas untuk ketiga kalinya, teman - teman tertawa kecil.

Beberapa orang nyeletuk, "Sekali lagi dapet piring cantik!"

Dimas kembali terdiam, kali ini disertai dengan goyangan goyangan.

"Assalamualaikum!", buka Dimas untuk keempat kalinya, tawa teman - teman mulai keras, nyatanya tidak ada piring cantik yang dia dapatkan.

Dimas kembali diam.

"Assalamualaikum!", buka Dimas untuk kelima kalinya, teman - teman tertawa keras.

Dimas kembali diam.

"Assalamualikum!", buka Dimas untuk keenam kalinya, teman - teman sudah tidak tahan, kali ini air mata mulai berlinang mengiringi tawa, ibu guru marah, menenangkan anak - anak dan menyuruh untuk tidak mentertawainya.

Sekelas diam, apalagi Dimas.

"Assalamualaikum!" buka dimas untuk ketujuh kalinya, teman saya, panji yang sudah pernah saya ceritakan sebelumnya di sumpah mati saya hampir bikin orang mati mulai "kesurupan", yang lain tertawa ngakak, saya sendiri guling - gulingan di lantai, ibu guru tersenyum - senyum kecil.

"Kamu tuh! daritadi Assalamualaikum terus! sekarang gak usah pake Assalamualaikum!", kata ibu guru.

"Selamat pagi semuanya", buka Dimas

"Selamat pagi", jawab sekelas.

Dimas kembali diam.

"Selamat pagi semuanya", buka Dimas untuk kesembilan kalinya, Panji makin "kesurupan", saya makin berguling - guling, yang lain makin tertawa sampai menangis, ibu guru tertawa geli.

dimas kembali diam.

"Selamat pagi semuanya", buka dimas untuk kesepuluh kalinya, sekelas sakit perut.

No comments:

Post a Comment