05 December 2008

Kenapa harus DISEMUTIN?

Sebenarnya bukan saya yang pertama menggunakan nama ini, sudah saya tekankan (siapa yang ditekan? Apanya yang ditekan – tekan?) bahwa saya generasi kedua dari Disemutin. Jadi tentu saja yang pertama memakai nama ini generasi pertama, gak mungkin kan generasi ketiga.

Kata – kata Disemutin menyebar rata di tiap pelosok sekolah, dari mulai meja piket sampai ke kantin, dari kantin sampai ke meja piket (lah berarti gak nyebar dong, orang cuma di kantin ama di meja piket doang). Entah kenapa terdengar begitu catchy dan filosofis untuk saya. Simple dan memiliki arti yang luas.

Pada awalnya ketika orang bertanya, “Kenapa harus disemutin?”
Saya pasti akan menjawab, “Kenapa gula disemutin?”
Sang penanya akan menjawab, “Karena manis.”
Saya meneruskan, “Terimakasih.”

Nyeh muka sang penanya pun langsung berubah menye dan mengganti topik pembicaraan, karena itu posing ini saya buat untuk menjadikan jawaban panjang dari pertanyaan tersebut. Bukan jawaban panjang yang soalnya ditulis baru ditulis jawabannya, maksutnya saya akan menjabarkan, “Kenapa harus disemutin.”

Jadi begini, sebenarnya bukan saya yang pertama menggunakan nama ini, sudah saya tekankan (siapa yang ditekan? Apanya yang ditekan – tekan?) bahwa saya generasi kedua dari Disemutin. Jadi tentu saja yang pertama memakai nama ini generasi pertama, gak mungkin kan generasi ketiga. (Hadaaah sampe kapan lo mau nulang – ngulang ngalor ngidul gak jelas gini.)

Ya karena disemutin, sangat erat kaitannya dengan semut, gula, dan manis. Tiga kata yang sangat luas untuk diplesetkan.

Banyak sekali istilah - istilah yang bisa dipakai dari kata – kata itu. Seperti misalnya sebuah sensasi yang disebut “kesemutan”, inilah yang membedakan manusia dengan semut, manusia bisa kesemutan, sementara semut gak bisa kemanusiaan). Juga kalau mau disuntik, dokternya pasti bilang, “gak sakit kok, rasanya kaya digigit semut.” Nyeh semut apaan yang bisa nembus kulit terus diteken, ditarik lagi. Terus ada lagi, kalau mau bersih – bersih ada istilah operasi semut, mari kita bayangkan sekecil apa pisau bedahnya. Lalu, kalau – kalau tv rusak pasti bilangnya tvnya disemutin, atau itu program “semut lagi tawuran”. Dan tentunya masih banyak lagi istilah – istilah yang erat dengan semut, gula, dan manis. Mau sampai sepanjang apa postingan ini kalau saya jabarkan semuanya.

Selain itu banyak juga pribahasa – pribahasa (yang dua orang tolol ini ciptakan sendiri) yang bisa dibuat dari kata – kata ini. Seperti misalnya “Semut bisa ngalahin gajah” Gak percaya? Coba suit! Disini saya mengartikan pribahasa ini “Jangan takut hanya karena kita kecil, sebab ukuran bukan jaminan.” Atau dalam istilah asingnya “size doesn’t matter”. Tapi entah kenapa sepertinya untuk orang Indonesia Size does matter banget, buktinya cucunya Alm. Mak Erot masih laku didatengin, masih rame sampe sekarang.

Ada juga “Ada gula ada gua” atau dalam pribahasa aslinya, “Ada gula ada semut”, yang disini saya mengartikannya sebagai, “Ada aksi ada reaksi” Ada sesuatu yang dilakukan, akan ada sesuatu yang ditimbulkan, atau kaum – kaum Hindu menyebutnya “Karma”. Ada juga “Habis manis terbitlah terang, habis gelap sepah dibuang”, nah yang ini belum ada artinya, saya iseng – iseng aja ngacak – ngacak kata hahahah.

Banyak juga aliran musik yang merupakan penggabungan antar sebuah aliran musik dengan disemutin, seperti misalnya DiskoMutin, diSKAmutin, diseMetal, RaggaMuttin, dan masih banyak lagi yang makin disebutkan makin maksa hahaha.

Dalam pembahasan yang lebih serius, semut merupakan salah satu binatang yang dimuliakan Tuhan, yang dimana terdapat surat An-Naml dalam Al – Qur’an yang berarti semut. (Mungkin ada pengikut agama lain yang di kitab sucinya juga menyebutkan tentang semut bisa konfirmasi ke saya.)

Selain itu, flashback ke jaman dulu. Dimana saya masih piyik – piyik, saya pernah memotong buku tulis saya, menjadikannya dua bagian, memotong sesuai ukuran buku komik doraemon, dan menggambar – gambarnya, menjadikannya sebagai komik handmade pertama buatan saya sendiri yang dimana saya beri judul “Prajurit semut”. Ya ceritanya standar pola pikir anak – anak kelas 2 SD lah yang kebanyakan didoktrin kartun, tentang sebuah batalion semut, jadi itu ceritanya tentang tentara – tentara semut gitu. Karena saya suka ngeliat semut jalan di dinding lucu kaya tentara. (Tadi katanya didoktrin kartun, terus karena lucu ngeliat semut, lah yang bener yang mana, gak konsisten.)

Karenanya saya sangat tertarik untuk menjadi generasi kedua dari disemutin ini, sekian untuk hari ini pembahasan soal “Kenapa harus disemutin?”-nya. Jumpa lagi lain waktu pada topik dan pembahasan yang sama. Jangan lupa terus membaca Makinglaugh.blogspot.com dan tetap merdeka!

No comments:

Post a Comment