Ya! posisi saya sekarang di dalam bis, menuju ke Plered. Di dalam pikiran saya, saya akan menuju sebuah desa, dan menjadi seperti di reality show "Jika aku menjadi". Membayangkannya saja sudah sangat menyenangkan. Tapi bayangan saya dikacaukan oleh anak - anak yang sedang berebutan botol coca cola zero. Teman di sebelah saya, dengan semena - mena mengambil botol itu dan menegaknya sampai habis. Tiba - tiba dia terdiam.
Dieeem aja, nyender ke kursi depan, ditanya udah gak bisa jawab, cuman geleng - geleng.
Gak heran, cuma botolnya doang coca - cola zero, isinya mah anggur merah, hahaha, makanya teliti sebelum membeli, halah.
Perjalanan yang panjang dan membosankan, hanya ditemani nceket - nceketan dari Om Marley.
Akhirnya, turunlah kami, saya pikir sudah sampai, ternyata itu kantor kelurahan, diberi penyuluhan, saya mah gak dengerin dah hahah, akhirnya kami masuk bis dan menuju ke tempat kami akan tinggal selama 3 hari.
Berhenti di tengah jalan, anak - anak IPA turun, saya melihat rumahnya...
come on?! ini desanya? saya melihat ke atas atap, ada sebuah benda separuh lingkaran. Saya pikir karena desa ini terkenal dengan kerajinan keramiknya, benda itu adalah gerabah, tapi setelah diteliti, ternyata berwarna abu - abu. Dugaan kedua saya benda itu adalah panci yang sedang dijemur untuk menghilangkan amis setelah memasak ikan. Ternyata semua dugaan saya salah, benda itu adalah parabola. Yap! parabola saudara - saudara! hancurlah semua impian saya untuk bermain - main di sawah dan bercumbu dengan kerbau.
Akhirnya saya sampai ke rumah tinggal saya, masuk dan, ya mendingan lah, belakang rumah saya masih ada empang dengan saungnya, masih berasa desanya.
Tidak lama, kami dibawa survey ke tempat pembuatan keramik, dimana kami akan mebuat keramik kami masing - masing nantinya. Ada sebuah parit, yang ditutup dengan bambu yang disusun, dan disitulah tempat para pengrajin (dan kami nantinya) membuat kerajinannya. Ya, Drivan (cukup terkenal di angkatan kelas 2 Sumbangsih sebagai bahan ceng - cengan) mondar - mandir aja disitu, dan gusrak!! kakinya mendelep masuk ke sela - sela bambu, anak - anak langsung berdatangan dan membantunya, membantu dengan tertawa sekeras - kerasnya, ada juga yang membantu dengan doa, semoga arwahnya diterima di sisiNya, amin.
Akhirnya kami balik ke rumah kami, kami melihat - lihat isi rumah, ngobrol - ngobrol dengan anak yang empunya rumah, sesekali saya mainan kamera.
Perkenalkan ini namanya Neng Pitri, hahahah
eh maap salah masukin gambar, itu ibunya
Nah ini dia Neng Pitri
Gak cakep - cakep amat sih, ya 6,5 lah, tapi dia baik banget, disuruh senyum ama Labi langsung senyum, untung Labi gak nyuruh dia makan mie sambil handstand
Jepret sekali aja, anak - anak udah teriak - teriak jia jie, ada yang teriak,
"Lo, inget yang di Jakarta Lo!"
"Siapa yang di Jakarta?"
"Cewek lo!"
"Lah, Icul di Bekasi sih, hahaha" Entah kenapa saya seneng banget menganggap daerah Bekasi, Tanggerang, dan Depok berada di luar wilayah kekuasaan NKRI, hahah. Padahal rumah saya sendiri di Pondok Pinang, daerah bimbang, Pondok Indah bukan, Bintaro juga bukan. Hahaha
Akhirnya saya dan beberapa teman saya berkeliling daerah situ, berputar - putar, mencari rumah anak - anak yang lain, berhubung rumahnya dipisah cukup jauh, ada yang disini lah ada yang disana lah, jadi ya kami jalan - jalan aja.
Dan saya menemukan,
jeng jereng jereng . . .
The next Bondi Goodnight Electric!
Hahaha
Akhirnya saya berjalan - jalan lagi, pulang dulu untuk mandi. Saya mandi bertiga loh, dan sialnya, tahun ini rumah cowok dan cewek dipisah, tahun lalu kan cowok - cewek digabung serumah. Jadi saya mandi dengan dua batangan yang lain. Saya membawa clean n clear punya teman saya untuk mencuci muka. Teman saya, Labi mengambil dan menuangnya banyak sekali ke tangan. Tadinya dia pikir itu sabun foam, hampir saja dia pakaikan ke badan, untuk sempat saya cegah, saya tidak sejahat itu. Hahahah.
Akhirnya daripada mubazir, Labi memakai semua sabun muka itu di mukanya, mengusap - ngusap ke seluruh mukanya, dan dengan merem karena gak bisa melek, dia berkata, "Eh, aer dong! mata gua pedih nih."
Dengan baik hati saya ambil gayung dan mundur tiga langkah dari dia. Sementara si Labi masih latihan jadi Daredevil, ngeraba - raba kesana kemari. Iya, saya sejahat itu. Hahahah
Akhirnya sampai senja kami berkutat dengan tugas di rumah, dan keluar pada waktu maghrib (ngaret banget tapinya) Emang bener yah kata orangtua jaman dulu kalo setan - setan itu keluarnya pas maghrib, hahaha.
Butek banget mata, akhirnya kami muter - muter lagi, kali ini nyari rumah cewek - cewek setelah siang tadi muter ke hampir semua rumah cowok - cowok.
Kami ketok2 pintu dengan hebohnya, berharap mereka mengira sedang ada acara grebek sahur hahaha, tapi gak mungkin juga, secara ini bukan bulan puasa, dan lagi kalaupun bulan puasa, pasti mereka lebih memilih untuk nonton "Saatnya Kita Sahur", yang lekat dengan "Saatnya kita kuis!!" tet tenenenenet tenenenenenet tet tet tet teng jeng
halah apasih, yaudah, kami ngobrol - ngobrol lah, yaampuun kemanaa aja udah lama gak ketemuu. Halah, sampai akhirnya kami dipaksa pulang, tadinya saya pengen tidur disitu eh ketahuan, disuruh pulang. Hahaha
Pas saya keluar gang, banyak guru - guru yang lagi muter - muter, nyariin anak - anak, soalnya ada satu rumah, yang bener - bener kosong, muridnya pada ngayab semua, pengawasnya juga kagak ada. Akhirnya saya pulang dengan mobil yayasan, padahal awalnya mobil itu bertujuan memulangkan anak - anak rumah itu yang hilang semua beserta pengawasnya. Akhirnya pulanglah kami. Sesampainya di rumah kami, saya kecewa tidak ada yang menyambut saya, padahal saya udah bawa oleh - oleh kurma, hahahah apa sih lip.
Akhirnya, gak lama setelah itu kami tidur.
Tapi saat saya sedang enak - enak tidur, ada yang menepak - nepak kaki saya.
Pas saya lihat, siapa yang menepak - nepak, tenyata guru pembina saya, yang wajahnya tepat berada di depan telapak kaki saya. Mbuahahahah.
hahahha neng pitri gebetanya riki tuh
ReplyDelete