Setelah dari sana kami kembali ke Galeri. Dua orang teman saya, Brenda dan Icul bilang kalau mereka mau datang ke Galeri. Dan mereka datang tidak bersama - sama karena mereka datang dari arah yang berbeda. Saya tunggu mereka berdua cukup lama dan mereka tidak datang juga. Akhirnya kami yang dikejar waktu memutuskan untung pergi buka di luar saja dan dilanjutkan dengan mengantar Kinkin dan mengurus kepulangan kami sendiri. Tapi baru saja naik angkot, Brenda telepon saya kalau dia sudah sampai galeri. Memang jodoh itu Maradonna, karena jodoh di tangan Tuhan. Saya tidak sempat bertemu dengan Brenda, tapi saya sempat bertemu Icul karena Icul nyamperin kami ke Simpang Dago dan memutuskan untuk berbuka saja bersama kami.
Dari Simpang Dago, Icul menemani kami semua ke Stasiun. Dan ternyata kereta berangkat 1 jam lebih lambat dari yang kami perkirakan. Dan jadilah kami memutuskan untuk ke Pasar Malam di dekat Stasiun dan main Bianglala. Hahahah, menyenangkan.
Dari situ kami pamitan dengan Icul, dia pulang dan kami menunggu di Stasiun. Saat kami menunggu di belakang kami ada tiga orang yang sedang berbincang - bincang tentang alay. Mereka bilang, "iya nama kaya gitu - gitu tuh pokoknya alay deh yah, pokoknya kaya misal orang kalo namanya di facebook udah ada tampan tampannya gitu pasti alay."
Saya menengok ke belakang dan bilang, "mbak temen saya namanya Tampan, tapi dia bukan alay." Desta nama panjangnya Tampan Destawan Subagyo dan saya sangat paham kalau dia berefrensi bagus dan tidak bisa dikategorikan sebagai alay. Dan apakah pengkategorian alay itu sekedar dari nama facebook, dan apakah orang yang mengkategorikan alay itu yakin kalau dia juga tidak alay?
"Serius mbak! namanya beneran Tampan, mau lihat KTPnya?", tanya saya. Kami berbincang dan akhirnya diketahui bahwa namanya Putri, dan tidak ditanyakan siapakah nama dua orang teman di sampingnya. Tak lama berselang kereta datang.
Kami masuk ke dalam kereta dan bertemu ada dua orang duduk duduk di kursi kami, kursi yang seharusnya hanya diduduki oleh 4 orang. Dan kami pas berempat. Setelah ditanya ternyata orang sebelah memang salah gerbong, dan satunya lagi bernama Nisye. Dia menumpang di kursi kami untuk rute yang tidak jauh, hanya sekitar 2 stasiun. Dan kami mengobrol banyak dengan Nisye ini.
Dia adalah seorang penyiar, ramah, dan satu tahun kelahiran dengan saya, sama - sama 1411 Hijriah. Kami mengobrol dan tiba - tiba Desta menyuruh saya bangun.
"Eh bangun dulu!", pinta Desta
"Kenapa sih Des?", tanya saya
"Salam dulu sama yang tadi.", suruh Desta lagi
"Yang tadi siapa?", tanya saya lagi
"Ya makanya lu bangun dulu," suruh Desta lagi
Akhirnya saya bangun dari kursi saya dan melihat ke kursi belakang. Dan saya jadi tahu kenapa saya disuruh bangun sama Desta. Sayapun menyapa dengan ramah.
"Halo mbak Putri~, kita ketemu lagi! kita bareng sampai Lempuyangan!"
No comments:
Post a Comment