11 February 2009

Mhariyuana

Ini musim hujan, senangnya, bisa tiap hari menyanyikan,

"Tik tik tik bunyi hujan diatas genting"

Tapi masih ada yang lebih menyenangkan dari itu,

Karena ini musim hujan, jadi sekolah lebih "menyenangkan" dari biasanya

Bisa dateng telat, saya bisa lebih santai makan sarapan dan bisa "rekaman" dulu di kamar mandi, bahkan kalau sudah sampai di sekolah jam setengah tujuh lewat sekalipun, masih bisa nongkrong - nongkrong dulu, minum kupi sambil mamam ruti.

Kalau ditanya, "kenapa datengnya terlambat?"

"Hujan, Pak, hujan, Bu!"


Bisa dateng ke sekolah cuma pake sendal, merasakan rasanya menjadi Laskar pelangi, bisa main becek - becekan di seberang jalan.

Kalau ditanya, "Kenapa pake sendal?"

"Hujan, Pak, hujan, Bu!"

Bisa dateng kesekolah dengan rambut gondrong.

Kalau ditanya, "Kenapa rambut gondrong? gak dicukur?"

"Hujan, Pak, hujan, Bu!"

Yang gak enak pas musim ujan cuma kalo pas beli gorengan, singkongnya adem. Udah that's all.

Pokoknya enak deh, suka suka idup lo aja deh, lip.

Karena hari ini musim hujan, jadi banyak anak yang telat (walaupun pada kenyataannya hari ini cerah ceria, tak selamanya mendung itu kelabu halah hahah) dan jam 7, kelas masih sepi.

"Ah capek, gue dateng on time! besok - besok gue telat dulu dah nih."

Seiring waktu, anak - anak mulai berdatangan, ya semua kursi hampir penuh.

Murid sudah banyak, tenaga pengajar tak kunjung datang. Pelajaran pertama, adalah Bapak Haryana Jaka Saputra, sudah saya jelaskan bukan guru matematika saya yang satu ini bagaimana.

"Pak Haryana gak masuk?", tanya salah seorang penghuni kelas.

"Ah, masuk gak masuk juga sama aja kan?!", jawab saya.

Tak lama berselang, masuklah Pak Pur (Sumpah ini guru, bukan makanan ayam) yang notabene memang iseng, sering aja gitu masuk - masuk ke kelas kosong, terus sok - sok ngisi jam pelajarannya, mengganggu kesenangan aja. Iseng banget sih, besok - besok kalo iseng lagi gue beliin TTS deh, biar saya senang, bapak senang.

Berhubung dia guru fisika, jadilah jam pelajaran kosong ini diisi dengan fisika (kalau dia tukang kacang hijau mungkin akan diisi dengan kacang hijau?! Siapa tau?)

Kan bete juga yah, kalo kami yang anak IPA (Ilmu Pengetahuan Akuntansi) harus belajar fisika yang notabene pelajaran anak IPS (Ilmu Pengetahuan Sains). Ngomongin jungkat - jungkit lah segala macem, kalo bebannya ditaro di tengah gak akan membawa pengaruh di posisi kanan maupun posisi kiri. Huaah ngerti apa saya tentang gituan, yang saya tau mah beban itu kalo bertambah masuk ke debet kalo berkurang masuk ke kredit. Lantas apa hubungannya dengan jungkat - jungkit?!

Tak lama berselang, Orin yang terlambat akhirnya masuk, dan salim sama Pak Pur.

"Itu kok Pak Haryana ada di luar sih?", tanya Orin kepada semuanya.

"Pak Haryana udah dateng?", tanya Pak Pur

"Udah dari tadi, Pak."

Tak lama berselang, anak - anak yang terlambat berdatangan masuk, dan bertanya pertanyaan yang sama.

"Itu kok Pak Haryana diluar aja sih?"


Akhirnya Pak Haryana masuk ke kelas, dan saya bertanya,

"Lah Bapak, kemana aja?! bukannya masuk daritadi?!"

"Kan diisi sama Pak Pur", jawab beliau.

"Aduh Pak, ini kan jam pelajaran bapak!"

Ngerti kan? jadi Pak Pur masuk ke kelas karena jamnya kosong, nungguin Pak Haryana dateng. Sementara Pak Haryana yang udah dateng, nungguin Pak Pur keluar.

Sumpah saya gak ngerti sama pola pikir guru saya yang satu ini.

FYI, dia sering loh tiba - tiba masuk ke kelas, dan anak - anak pasti langsung kompak teriak,

"Lah, kok bapak?! sekarang kan bukan pelajaran Bapak!!"

"Oh, Bukan yah?"

3 comments: