12 September 2008

Uno stacko

Pukul 17:17 sudah lewat tapi saya masih terjebak di mobil (kloter haji) menahan lapar.

Kami, 2 orang di depan (Benny serta siapalah itu namanya, temannya Benny), 4 orang di tengah ( Panji serta siapalah itu namanya, teman - temannya temannya Benny), dan 3 orang di belakang (Saya, Dayu, Gege) hanya berbuka dengan sebotol aqua yang digilir, zzz. Dan sebuah wafer Superman yang saya curi dari the Mansion (basecamp kami). Ternyata wafer itu tidak kunjung membuat saya bertenaga laksana Superman, argh.. saya tertipu merk. Tapi saya masih bersyukur wafer itu tidak membuat kolor saya mencuat keluar.

Sampai di parkiran PIM tidak lantas membuat kami bisa turun untuk makan, kami masih harus berputar - putar mencari tempat parkir yang kosong. Setelah berputar cukup lama, barulah kami bisa turun dan bergegas ke KanSup.

Sampai di kansup, sejauh mata memandang, yang ada hanya anak jaman, malahan saya tidak melihat seorangpun supir di Kantin Supir. Ternyata gaya bukan segalanya, dandanan alamak naujubileh anak gaul masa kini, kalau soal makan tetap aja di Kantin Supir. Kalau saya sih ketahuan, emang orang susah, jadi wajar kalau makan disitu, lah kalau anak jaman yang ah, udahlah, puasa dosa ngomongin orang.

Kami duduk menunggu makanan, sambil bergelut dengan asap rokok, tiba - tiba Partner in Crime saya menelepon.

"Dimana?"
"Kansup."
"Ah?"
"Kansup"
"Haah?"
"Kantin Supir, elaaah!"

Tiba - tiba dia tertawa sendiri, mungkin dalam pikirannya saya membuat sebuah tempat fiksi untuk menutup - nutupi ke belum datangan saya.

"Ya udah ketemuan dimana kek gitu."
"Sip sip, gua buka dulu tapinya, yaudah dadah"

Akhirnya singkat cerita saya selesai makan. Tenaga saya sudah terkumpul untuk berulah.
Di depan saya terlihat anak - anak perempuan yang sedang launching jaket apalah itu, sedang berpoto bersama, saya lantas ikut - ikutan berpose. Tapi entah mengapa mereka tidak jadi berpoto, mungkin baterai Hendphonenya habis, atau memorynya penuh. Entahlah.

Kami naik elevator, tiba - tiba saja orang disebelah saya tertawa - tawa bertiga, saya bingung dengan mereka, mungkin mereka mengira saya artis. Padahal saya lihat dari atas ke sawah, tidak ada yang salah dengan saya, kemeja kotak - kotak dengan slayer, kaos putih, celana jeans (kostum yg ngetrend di tahun 90an), rambut kusut dengan sendok menyangkut. Merekanya saja yang freak tertawa - tawa sendiri, lagipula saya kan menghadap ke tembok elevator dan berbicara sendiri, jadi kenapa mereka musti tertawa - tawa, coba.


Saya bergegas ke New Zealand (ya bukan new zealand beneran lah! suka aneh deh, udah tau saya gak bisa berenang), mencari partner in crime saya. Tapi tidak ada.

Saya sms, dia balas, isinya ketemuan di 21 PIM aja deh.

Akhirnya aku lari ke 21 Pim, lalu teriakku.
Pecahkan saja gelasnya biar ramai. Biar mengaduh sampai gaduh.
Piring, mangkoknya jangan, itu punya ibu.

ZZ..apa sih freak.

Akhirnya saya berjumpa jua dengan Partner in Crime saya, yang juga artinya, PIM akan hobah malam ini.

Kami (Saya, Icul, Dayu, Panji, Benny, Rere, Gege, teman - temannya Benny sudah pisah dengan kami, ketauan banget cuma numpangnya hahahahah) berjalan - jalan tanpa tujuan.

Saya melihat seorang anak kecil dengan lucunya sedang bermain - main, saya gandeng saja tangannya.

Anaknya takut, saya melihat kebelakang ibunya cemberut, saya jadi takut.

Nanti saya dituduh penculik anak yang pedofilia, lagi. Saya kan bukan penculik anak, kalau soal pedofilianya, iya deh saya ngaku. Sungguh ibu yang tidak ramah.

Tidak ada tujuan akhirnya kami ke toys city, niatnya mencari topeng. Kami berputar satu lap tapi tidak mendapatkan topeng yang dimaksut. Akhirnya kami berniat kemana kek gitu, sampai kami melihat ada tempat "tester" uno stacko, sepi tidak ada peminat.

"Eh maen yuk maen!"
"Ayo ayo" jawab serempak.

Akhirnya kami main, berasa rumah sendiri, bagaimana tidak, peraturan saya dan kawan - kawan jika kalah bermain uno harus buka satu set pakaian. Kehobahan kami membuat ramai pengunjung menontoni kami. Dipikir kami topeng monyet, kali!

Entah apa gerangan yang membuat kami mengakhiri permainan, tapi yang pasti yang saya ingat ketika Dayu berkata,

"Eh beli yuk!"
"Ayo ayo beli!"
Semua mengiyakan, tetapi dengan tetap melangkah keluar menginggalkan Toys City, zzz.

Akhirnya saya berhenti, membuka dompet, mengambil uang dan membantingnya ke lantai.

"Noban pertama!!"

Semua menengok ke arah saya, berhenti berjalan, Dayu membuka dompet.

"Dua puluh ribu kedua!"

Benny buka dompet, mengeluarkan uang.

"15.000!"

Duitnya saya ambil lalu saya balikin lagi, "Kalo dari awal udah 20 kebelakangnya juga 20 dong, Ben!"

Akhirnya kejadian itu membuat uang saya dan Dayu kembali masuk dompet.

Berjalan lagi sebentar, sambil bertanya - tanya, "jadi beli gak nih"

Akhirnya saya banting uang saya lagi "Noban pertama, jadi gak nih!"
Dayu mengeluarkan kembali uangnya "20.000 kedua"
Panji mengeluarkan uangnya "20.000 ketiga"
Gege mengeluarkan uangnya, "20.000"
Rere mengeluarkan uangnya, "25.000" wah, naik pemirsa.
Dan akhirnya Benny mengeluarkan uangnya "25.000"

130.000 terkumpul, sepertinya tidak cukup karena harga Uno Stacko ternyata cukup mahal, 129.900.
Akhirnya kami ke kasir. Bayar, eh ternyata dapet loh! mungkin tokonya sedang diskon.


Dalam perjalanan ke food court untuk menikmati mainan Pt-pt pertama kami, dengan hati yang tidak percaya bahwa Uno itu sudah menjadi milik kami, padahal cuma bercanda - canda tau - tau kebeli.

Icul menggendong Uno Stackonya laksana bayi, udah gak nyumbang ngeHM pula hahah.

Tiba - tiba ada suara balon meledak.

Saya terdiam 3 detik, lalu saya langsung tiarap. Membaca doa, saya tidak melihat kiri - kanan apakah teman - teman saya selamat atau tidak.

Alhamdulillah semuanya selamat, walaupun hati sedikit menyesal karena saya tidak menjadi saksi penggubahan lirik lagu anak - anak, Balonku yang dimana balonnya tinggal 3 karena sudah pecah lagi satu. Tapi tak apalah, kalau jodoh tidak lari kemana.

Teman - teman saya sudah sampai duluan, Benny, saya, dan icul lari menyusul mereka, karena mungkin saja kami masih ada kesempatan mendapatkan juara harapan I, II, dan III.

Benny meluncur ke arah meja, kemudian dia duduk.
Disusul saya yang langsung membanting badan ke meja, tadinya saya pengen roll depan tapi di depan saya ada roll on sedang makan.
Barulah icul lompat kodok ke atas meja.

Kejadian itu sempat menyita mata semua pengunjung foodcourt, kami biarkan saja, kalau butuh mereka juga yang nanti akan datang ke kita. Kami membuka Uno kami, dan bermain.

Tanpa terasa permainan itu menyita waktu cukup lama, sudah jam 11.00, kami memutuskan pulang, dan membayangkan berdesak - desakannya di dalam mobil karena penghuninya ditambah 2 orang.

Tidak lama keempat orang temannya Benny datang, dan bertanya,
"Ben lo masih lama gak, kalo masih kita balik duluan aja deh naik taksi."

Saya dan teman - teman tersenyum sendiri, merasa mendapat pencerahan dari surga.

"Kayanya masih lama banget ini, yah yaudah deh.", Speak Benny.

Akhirnya keempat orang itu pulang, saya sujud syukur.

Singkat kata, mobil menjadi lengang karena ketidakikutsertaan keempat orang tersebut.

2 orang di depan (Benny Panji), 3 orang di tengah (Icul, saya, Rere) dan 2 orang di belakang(Dayu, Gege)

Tujuan pertama, mengantar Rere pulang, rumahnya di daerah Pasar Rebo.
Bla bla bla, akhirnya kami sampai di depan rumah Rere.
"Ada satu orang yang mau nemenin Re turun gak? ngomong sama mama Re?", tanyanya.
Akhirnya Benny turun.

Benny dan Rere masuk ke dalam rumah, Dayu mengambil alih stir, mundur dan belok kanan, lalu mundur lagi atau dalam bahasa lebih mudahnya "Ngumpetin mobilnya Benny."

Tak berapa lama datang Benny yang sudah sedari tadi mencari mobilnya, terlihat Rere tertawa - tawa, apalagi kami.

Tujuan kedua, mengantar Icul pulang, rumahnya di daerah Jatibening.
Singkat cerita, kami masuk tol dan apa yang terjadi, ICUL LUPA JALAN PULANG KE RUMAHNYA SENDIRI!

Dalam kepanikan kami meraba - raba jalan, sedikit - sedikit bertanya ke Icul, "Lo inget pernah lewatin jalan ini gak"

namun setiap kami menanyakan hal itu, Icul hanya bisa menjawab, "Pernah gak ya? kayanya pernah deh...eh..eehh..tunggu deeh..Lupaaaaa!"

Kan gak lucu banget kalo salah keluar tol, dikira di tol bisa mundur kali?!

Singkat cerita setelah berpanik - panik ria, kami sampai di rumah Icul, menurunkannya.

Tujuan ketiga, mengantar Gege ke tongkrongannya, di Senayan.

Akhirnya kami berhasil mengantar ketiga orang tersebut.

Pulang dengan hati takut - takut, melewati Taman lawang melihat banci pamer kancut.

Singkat cerita akhirnya kami berempat sampai di the Mansion (atau istilah lamanya Rumsong).

Tau jam berapa kami sampai di the Mansion?

Saat sahur! dimana kami berangkat pulang dari PIM jam 11an.

Bennypun berkata, "Kalo kaya gini sih gua udah siap ke Bandung, anjing lama banget di jalan."

Kami bertiga (Saya, Dayu, Panji) berteriak kompak, "MENDING KE BANDUNG CUMA DUA JAM!"

Akhirnya kami makan sahur, lalu tidur sambil berpelukan. Hahah Fuckshit

No comments:

Post a Comment