12 October 2010

pasar apa yang seni hayo?

Tanggal 10 bulan ke10 tahun 2010, walaupun tanggalnya merupakan angka cantik, tapi hari itu bukanlah hari kiamat. Ada banyak acara yang diselenggarakan hari itu, sebut saja Pasar Seni ITB, Bandung.

Dan akhirnya saya bela - belain dari Yogya ke Bandung. Untuk melihat pasar seni. Walaupun kenyataannya Bandung itu kota kembang, dan yang kota seni itu Yogya, tapi tetap saja yang punya pasar seni itu Bandung dan yang punya pasar kembang itu Yogya.

Saya berangkat bersama Desta, Kintari, Domas, Intan, dan Imam. Seharusnya Imam saya tulis paling depan yah, karena imam mana yang posisinya di belakang?

Sebelum berangkat Desta sempat bertanya, "Disana kita mau ngapain sih?". "Ya Pasar Seni ITB", jawab Kintari. "Ya itu kan nama acaranya, disana itu kita ngapain?", tanya Desta lagi. "Mutual friends gathering #2", jawab saya.

Bagi yang belum tahu Mutual Friends Gathering itu apa, dari namanya kalian pasti sudah bisa menebak, itu adalah acara yang kami tujukan untuk mempertemukan beberapa mutual friends yang belum sempat bertatap muka, atau malah bisa jadi bertujuan untuk menambah friend list di situs jejaring sosial kebanggaan kalian. Ya begitulah, itu hanya sekedar intermezzo. Singkat kata, kami semua sudah sampai di ITB, dan saya sedang bertanya posisi Ical dimana. Ical sudah berangkat dari hari - hari sebelumnya karena dia jadi delegasi kampus.

Ical sms saya isinya begini, "Pasar Seni kaya Sunday Morning, cuma bedanya disini banyak kimcil, ngantuk gua!". Setelah  saya masuk lebih dalam lagi ke ITBnya, dan melihatnya sendiri, saya terpaksa setuju. Saya sms beberapa orang teman saya dan perlu waktu yang sangat lama untuk membuat kami bisa bertemu, karena memang menurut saya dan diamini semua orang yang saya temui, disana terlalu ramai, terlalu tumpah ruah dan tidak ada flownya, tidak ada start, dan tidak ada finish.

Tak berapa lama saya bertemu Ical, Canti, Tian, Lexa, Cabe, Shodi, Mamed dan Toro. Teman - teman saya stylish, dan saya sangat bangga memamerkan baju saya ini kepada teman - teman saya yang stylish itu


Saya pun melabelkan diri saya sebagai tukang tempe paling modis saat itu. Saya duduk bersama mereka dan kamu tahu, disana meleng sedikit teman bisa hilang. Dan ketika sudah hilang akan susah bertemu lagi karena sinyal disana merupakan komoditas yang sangat langka. Bagi saya pribadi, satu - satunya hal yang menarik dari Pasar Seni ITB tersebut adalah the Panas Dalam. Menyenangkan saya bisa menonton mereka live.

Teman saya makin lama makin hilang dan berganti dengan teman yang lain, kali itu saya bertemu dengan Dila, Bina, Hanna, Trixie, Daffa, dan dua orang teman mereka yang saya lupa namanya. Dan kemudian hilang, dan berganti lagi, dan begitulah seterusnya. Dan seterusnya, dan seterusnya, dan pulang. Dan saya mohon maaf  kepada teman - teman yang bertemu dan namanya tidak dimasukkan disini, saya lupa. Tapi saya ingat kalau saya lupa.

Kala itu sudah jam 6, dan kala itu kami sudah tinggal bertiga. Hanya ada Desta, Kintari, dan saya. Teman - teman yang lain hilang ditelan keramaian. Dari sana kami bergegas menuju Simpang Dago untuk singgah membeli makanan dan langsung meneruskan ke Stasiun Kiara Condong untuk kembali pulang. Tapi apa yang terjadi saudara - saudara? Angkot menuju Kiara Condong tidak kunjung datang hingga sekitar 30 menit sebelum keberangkatan kereta. Akhirnya di menit - menit terakhir, datanglah angkot tersebut, dan kami sadar keretanya tidak akan terkejar.

Kami sempat berpikir untuk tidur di stasiun tapi diurungkan karena ada Kintari yang notabene seorang perempuan. Dan semua berujung kepada Icul, kami meminta bantuan sedekah pinjaman kamarnya. Kalian tau Icul? tau lah, ada masa dimana dia menjadi trending topic di blog ini. Hahahaha.

Akhirnya kami tidur di rumah Icul dan memutuskan untuk pulang naik kereta jam 6 pagi, dan kami sukses bagun pukul 05:45. Akhirnya kami menuju stasiun dan memulai hari yang sangat tidak produktif. Kami datang, duduk, tiduran, jajan, makan, duduk, tiduran, jajan, makan, semua hanya demi menunggu jam 09:00 malam. Kami sadar hal itu sangatlah membosankan. Akhirnya kami naik kereta menuju Bandung Kota. Sampai di stasiun sana, kami memulai siang dengan duduk, tiduran, jajan, makan, duduk, tiduran, jajan, makan. Hanya saja bedanya kali itu kami membuat semacam stopmotion di stasiun.

Dan akhirnya kami kembali ke Kiara Condong. Malam datang, kami akhirnya bisa pulang. Alhamdulillah.

2 comments:

  1. Jadi intinya Pasar Seni nya worth it apa gak mas didatengin??

    Salam kenal ^^..

    ReplyDelete
  2. wah kemaren gua ketemu Toro dkk.. tapi belum ketemu lu..

    ReplyDelete