Oke, jadi kali itu saya mengucapkan selamat pagi kepada
dunia dan bangun lebih awal (saya tidak bilang saya yang bangun lebih awal dari
siapapun, saya hanya ingin menggunakan kata “lebih” tetapi tanpa perbandingan)
agar bisa menikmati rutinitas saya seperti biasanya sebagaimana mestinya,
melbie-an (baca : bersepeda). Lagipula si belalang tempur sedang berada di
bengkel guna ganti rantai. Tentu saja dengan rantai motor karena tidak bisa
diganti dengan rantai makanan.
Saya berangkat dan sempat berhenti di jalan karena Zilla
pengen jajan. Setelah berhenti di Zalan karena Jilla pengen zazan kue jajanan
pasar dan es teh kami terus melanjutkan perjalanan, walaupun sebenarnya kami
naik sepeda. Sekalipun orang naik pesawat pasti bakal tetap dibilang
perjalanan, padahal pesawatnya pesawat telepon. Oh iya, saya hanya ingin
memberitahu kalau setelahnya saya total minum 5 es teh sehari, mungkin menurut
kalian itu tidak penting, tapi bagi saya memang demikian.
Singkat cerita saya sampai di kampus, dan kalau kalian heran
kenapa kami sudah sampai di kampus itu guna menyingkat saja, tidak ada
hubungannya dengan jajanan pasar. Sebelumnya saya sudah sms ke beberapa teman
saya menanyakan ruang kelas, tetapi tidak di balas. Kalau kalian heran kenapa
tidak di balas, tetap tidak ada hubungannya dengan jajanan pasar. Tapi saya
sudah tau kalau saya sudah telat 15 menit, dan kalau kalian tetap heran kenapa
saya bisa telat 15 menit, oke saya menyerah. Kali ini memang ada hubungannya
dengan jajanan pasar. Dan telat itu berarti dikunciin, tentu kalian tidak bisa
menggeneralisasi telat berarti dikunciin
tersebut, kata “telat” pada lebih baik telat daripada tidak sama sekali tetap
berarti “telat”, tidak berarti dikunciin
dan berganti makna jadi lebih baik dikunciin daripada tidak sama sekali.
Singkatnya ketika saya ingin naik, teman saya turun dan dia
bilang kalau kelas Sosiologi Seni sudah dikunci, walhasil daripada bingung ga
ngapa – ngapain di kampus saya memutuskan ke warnet untuk gak ngapa – ngapain
di warnet, Saya sms teman saya yang lain untuk bercerita tentang pengalaman
pagi saya yang dikunciin dengan pamrih titip absen, Tapi katanya ternyata gak
dikunciin, dan masih bisa masuk. Kepalang basah, daripada saya gak ngapa –
ngapain di kelas mending saya ga ngapa – ngapain di warnet. Dan saya adalah
jawaban dari bobroknya generasi muda. Tetapi saya tetap ada niatan memperbaiki
diri dan minta dikabarkan untuk ke-sudah masuk atau belum-an kuliah selanjutnya
nanti.
Selang beberapa lama, teman saya sms kalau kuliah Estetika
sudah masuk. Dengan niatan untuk memperbaiki diri saya berangkat di kampus dan
berputar – putar ternyata semua ruangan sepi. Akhirnya saya menemui teman saya
yang lain yang sedang mengumpat tentang koneksi
internet gratisan namun tidak bisa diandalkan tapi kita tidak punya alas an
untuk marah dan bertanya di manakah kelas Estetika. Dia bilang lantai 3
tapi dia juga bilang belum masuk, anak – anak juga masih pada nongkrong di
plasa. Bagi kalian yang bingung “anak – anak” di sini maksudnya bukan anak –
anak si teman saya tersebut tetapi teman – teman saya juga , nongkrong juga
bukan dalam arti sebenarnya karena mereka duduk sambil minum kopi dan plasa
juga bukan pertokoan dengan tempat parkir, hanya sekedar tempat yang
menunjukkan kalau di kampus itu ada kehidupan.
Saya sempat berbincang panjang dan akhirnya memutuskan untuk
kembali mengecek kelas Estetika di mana si rajin bilang sudah masuk dan si
woles bilang belum. Ngomong – ngomong kalian tau kalau baju dengan tulisan
“woles” sekarang lagi ngetrend? Kalian jangan ikut – ikutan yah, buatlah trend
sendiri. Ketika ingin mengecek saya bertemu teman saya yang lain yang mana dari
tadi tidak ada yang pernah saya sebutkan namanya satupun dan bisa saja kalian
berpikir kalau saya mengarang semuanya karena penokohan yang terjadi sungguh
samar – samar, kalau memang begitu yang kalian pikirkan, taruh saja nama kalian
masing – masing di setiap peran yang kalian suka agar pergulatan emosionalnya
lebih terasa dan mengesankan seolah – olah kalian di sini dan bersama saya
melewati hari yang panjang ini. Dan teman saya yang baru dari kelas Estetika
itu bilang kalau kelasnya di kunci. Akhirnya saya kembali bersama teman – teman
woles membawa berita bahwa kelas sudah masuk, dan kalian semua di kunci. Tapi woles tetaplah woles, selama masih
ada si rajin kalian tidak akan heran bila ada satu orang yang dititipi absen
satu angkatan. Bayangkanlah, dan kamilah jawaban bobroknya pendidikan.
Moral dari cerita ini :
Tidak perduli seberapa pagi saya bangun, seberapa lama usaha
atau seberapa kerasnya saya mencari ruangan. Itu tidaklah penting. Harusnya
saya sadar bahwa ruang yang seolah – olah sepi itu ternyata tidak benar – benar
sepi, sudah terlalu banyak orang di sana,
dan sayapun terkadang bisa masuk kapan saja kalau saya mau, kalaupun tidak
semuanya akan tetap sama meskipun tanpa saya. Dan saya tidak seharusnya
langsung percaya dengan kata – kata dari siapapun yang ingin saya masuk atau
tidak, yang terpenting adalah saya harus memilih, dan setiap pilihan mengandung
konsekwensinya masing – masing.
Sebenernya sih gak gitu, Cuma biar kesannya ceritanya heboh
dan inspiratif aja gitu. Padahal sih kadit. Hahahaha.
Intinya sih santai hahahah
Blessed love everyone!