31 May 2010

KOran temBOK MAjalah temBOK Semut Nakal

Jadi berhubung hari itu saya nganggur, akhirnya saya ngapel ke rumah Cantika. Akhirnya kami berprakarya disana, bahan - bahan yang diperlukan adalah koran yang beritanya bikin istighfar, karton, gunting, lem, serta banyak keberanian untuk ngecak2in orang. Jangan lupa perangkat keras seperti Printer lengkap dengan komputer beserta Scanner, serta perangkat lunak seperti lapis legit, buat cemilan.

dan jadilah ini, saya persembahkan KoBok MaBok SemutNakal edisi satu dan dua



Vulgar? iya memang, mau bagaimana lagi, korannya belom dipotong2 juga sudah vulgar adanya. Tapi diluar dugaan, kami pikir yang dikatain bakal marah, ternyata malah kesenengan dan minta lagi. Buat yang wajahnya belum dimuat, harap bersabar. Editornya pegel!


KOLASE MUTLAK NAMA KALIAN
ANDA MEMINTA, KAMI KATAIN

Merry Bornday!

20 May 2010

Testing



Iseng.
Nyobain cat air, daripada nyoba narkoba. 
Buat anak kok coba - coba.

13 May 2010

things are better left unsaid

There she goes // Bob Marley and the Wailers

11 May 2010

Tanda "tangan"

Olip : Sen, lu udah minta tanda tangan Pak Heri?
Sena : Belum, orangnya udah pulang.
Olip : Terus lu tanda tangannya gimana?
Sena : Ya Pak Herinya gak bisa tanda tangan, udah pulang, kakinya sakit.
Olip : Baru tau gua Pak Heri tanda tangan pake kaki

04 May 2010

bla bla bla

Easy to say
Belum bisa aku kaya gitu

Kalau belum bisa gak usah dicoba, biar gak bisa sekalian
Easier to do

Ya
Then don't blame me for wanting more

Udah fitrah manusia kalau pengen lebih
Itu seperti gas yang membuatmu terus melaju
Selama diiringi rasa syukur sebagai rem


Sebenernya aku juga gak suka menggurui kamu.Tapi mending kamu naik pitam sekalian ke aku hari ini, dan senyum buat dunia besok.

02 May 2010

Lanun - lanun buas

hidup itu samudera luas
dan semua yang kau kenal hanya lanun nan buas

kalian bisa bersatu merompak
atau berdua tertawa dengan congkak

kalian bisa berlayar dalam satu bahtera
dalam bahtera berlayar dua atau tiga 

tapi kalian tidak bisa terlampau dalam percaya

terlampau percaya dalam alunan buas

lanun nan buas




Sempurna!

Ini adalah dialog yang terjadi dengan salah seorang teman saya, Lola Loveita. Awalnya kami berbincang mengenai sebuah pertanyaan yang mungkin datang dari salah seorang mantan blogger favoritnya, saya tidak ingat jelas, kurang lebih seperti ini.

"Kalau kesempurnaan itu nggak ada, apa yang dicari orang perfeksionis.", mungkin gak gitu kalimatnya yang jelas initinya seperti itu.

Saya berusaha menjawab semampunya, kurang lebih beginilah perbincangan kami.


"Tuhan itu sempurna gak? Jelasin ke aku, kalau kesempurnaan itu nggak ada, berarti Tuhan itu nggak ada?"

"Berarti di dunia emang gak ada kesempurnaan, kalau gitu orang perfeksionis nyari apa?"

"Sebenernya emang orang perfeksionis mencari sesuatu yang terlalu sempurna, dan sesuatu yang "terlalu" emang gak ada yang baik. Tapi kalau misalnya kesempurnaan itu adalah 10 dan ketidaksempurnaan adalah 0, apakah kita mau stuck di angka 0? apa kita gak akan berusaha mencapai 9 atau seenggaknya 7? apa kita malah mengincar untuk menjadi 11?"

"Berarti kalaupun dicari kan gak didapetin apa yang kita mau, kita gak bisa dapet 10, terus apa yang kita cari? Aku perfeksionis, lagi."

"Gampangnya gini, pertanyaannya kan kalau kesempurnaan itu nggak ada, apa yang dicari orang perfeksionis?, jawabannya ya kesempurnaan itu sendiri. Tapi kan kesempurnaan itu nggak ada? Ya karena gak ada makanya dicari, kalo udah ada ngapain dicari - cari lagi?"

"Terus bagaimana dengan orang yang mencari kebahagiaan? kebahagiaan itu jelas - jelas ada, ngapain musti dicari - cari lagi?"
 
"Sama aja kaya orang yang mencari benda tapi merem, gimana mau ketemu kalo dia gak ngeliat? gimana kamu mau menemukan kebahagiaan kalau kamu nutup mata hati kamu?"

Sadar gak sadar, kita sebenarnya butuh ketidaksempurnaan. Saat kita menyayangi, mencintai, atau memuja seseorang, hanyalah kesempurnaan yang tampak di mata kita darinya. Sampai saat dimana dia melakukan sesuatu yang membuatnya terlihat cela, itu menunjukkan kalau sebenarnya dia hanya manusia biasa, yang bisa berbuat salah, dia hanya manusia, bukan Tuhan. Karena itu kesempurnaan tidak layak menjadi predikatnya. Begitu juga sebaliknya, saat seseorang yang kita benci, melakukan sesuatu hal yang membuat seolah semua celanya terhapuskan. Dengan demikian, ketidaksempurnaan tersebut akan membantu kita menilai sesuatu secara objektif, bukan subjektif.

Tanpa ada maksud untuk menggurui, hanya berbagi apa yang ada di pikiran dan hati saya, correct me if i'm wrong, please.