09 October 2012

Tidak pernah ada kata terlambat


Oke, jadi kali itu saya mengucapkan selamat pagi kepada dunia dan bangun lebih awal (saya tidak bilang saya yang bangun lebih awal dari siapapun, saya hanya ingin menggunakan kata “lebih” tetapi tanpa perbandingan) agar bisa menikmati rutinitas saya seperti biasanya sebagaimana mestinya, melbie-an (baca : bersepeda). Lagipula si belalang tempur sedang berada di bengkel guna ganti rantai. Tentu saja dengan rantai motor karena tidak bisa diganti dengan rantai makanan.

Saya berangkat dan sempat berhenti di jalan karena Zilla pengen jajan. Setelah berhenti di Zalan karena Jilla pengen zazan kue jajanan pasar dan es teh kami terus melanjutkan perjalanan, walaupun sebenarnya kami naik sepeda. Sekalipun orang naik pesawat pasti bakal tetap dibilang perjalanan, padahal pesawatnya pesawat telepon. Oh iya, saya hanya ingin memberitahu kalau setelahnya saya total minum 5 es teh sehari, mungkin menurut kalian itu tidak penting, tapi bagi saya memang demikian.

Singkat cerita saya sampai di kampus, dan kalau kalian heran kenapa kami sudah sampai di kampus itu guna menyingkat saja, tidak ada hubungannya dengan jajanan pasar. Sebelumnya saya sudah sms ke beberapa teman saya menanyakan ruang kelas, tetapi tidak di balas. Kalau kalian heran kenapa tidak di balas, tetap tidak ada hubungannya dengan jajanan pasar. Tapi saya sudah tau kalau saya sudah telat 15 menit, dan kalau kalian tetap heran kenapa saya bisa telat 15 menit, oke saya menyerah. Kali ini memang ada hubungannya dengan jajanan pasar. Dan telat itu berarti dikunciin, tentu kalian tidak bisa menggeneralisasi telat berarti dikunciin tersebut, kata “telat” pada lebih baik telat daripada tidak sama sekali tetap berarti “telat”, tidak berarti dikunciin dan berganti makna jadi lebih baik dikunciin daripada tidak sama sekali.

Singkatnya ketika saya ingin naik, teman saya turun dan dia bilang kalau kelas Sosiologi Seni sudah dikunci, walhasil daripada bingung ga ngapa – ngapain di kampus saya memutuskan ke warnet untuk gak ngapa – ngapain di warnet, Saya sms teman saya yang lain untuk bercerita tentang pengalaman pagi saya yang dikunciin dengan pamrih titip absen, Tapi katanya ternyata gak dikunciin, dan masih bisa masuk. Kepalang basah, daripada saya gak ngapa – ngapain di kelas mending saya ga ngapa – ngapain di warnet. Dan saya adalah jawaban dari bobroknya generasi muda. Tetapi saya tetap ada niatan memperbaiki diri dan minta dikabarkan untuk ke-sudah masuk atau belum-an kuliah selanjutnya nanti.

Selang beberapa lama, teman saya sms kalau kuliah Estetika sudah masuk. Dengan niatan untuk memperbaiki diri saya berangkat di kampus dan berputar – putar ternyata semua ruangan sepi. Akhirnya saya menemui teman saya yang lain yang sedang mengumpat tentang koneksi internet gratisan namun tidak bisa diandalkan tapi kita tidak punya alas an untuk marah dan bertanya di manakah kelas Estetika. Dia bilang lantai 3 tapi dia juga bilang belum masuk, anak – anak juga masih pada nongkrong di plasa. Bagi kalian yang bingung “anak – anak” di sini maksudnya bukan anak – anak si teman saya tersebut tetapi teman – teman saya juga , nongkrong juga bukan dalam arti sebenarnya karena mereka duduk sambil minum kopi dan plasa juga bukan pertokoan dengan tempat parkir, hanya sekedar tempat yang menunjukkan kalau di kampus itu ada kehidupan.

Saya sempat berbincang panjang dan akhirnya memutuskan untuk kembali mengecek kelas Estetika di mana si rajin bilang sudah masuk dan si woles bilang belum. Ngomong – ngomong kalian tau kalau baju dengan tulisan “woles” sekarang lagi ngetrend? Kalian jangan ikut – ikutan yah, buatlah trend sendiri. Ketika ingin mengecek saya bertemu teman saya yang lain yang mana dari tadi tidak ada yang pernah saya sebutkan namanya satupun dan bisa saja kalian berpikir kalau saya mengarang semuanya karena penokohan yang terjadi sungguh samar – samar, kalau memang begitu yang kalian pikirkan, taruh saja nama kalian masing – masing di setiap peran yang kalian suka agar pergulatan emosionalnya lebih terasa dan mengesankan seolah – olah kalian di sini dan bersama saya melewati hari yang panjang ini. Dan teman saya yang baru dari kelas Estetika itu bilang kalau kelasnya di kunci. Akhirnya saya kembali bersama teman – teman woles membawa berita bahwa kelas sudah masuk, dan kalian semua di kunci. Tapi woles tetaplah woles, selama masih ada si rajin kalian tidak akan heran bila ada satu orang yang dititipi absen satu angkatan. Bayangkanlah, dan kamilah jawaban bobroknya pendidikan.

Moral dari cerita ini :

Tidak perduli seberapa pagi saya bangun, seberapa lama usaha atau seberapa kerasnya saya mencari ruangan. Itu tidaklah penting. Harusnya saya sadar bahwa ruang yang seolah – olah sepi itu ternyata tidak benar – benar sepi, sudah terlalu banyak orang di sana, dan sayapun terkadang bisa masuk kapan saja kalau saya mau, kalaupun tidak semuanya akan tetap sama meskipun tanpa saya. Dan saya tidak seharusnya langsung percaya dengan kata – kata dari siapapun yang ingin saya masuk atau tidak, yang terpenting adalah saya harus memilih, dan setiap pilihan mengandung konsekwensinya masing – masing.

Sebenernya sih gak gitu, Cuma biar kesannya ceritanya heboh dan inspiratif aja gitu. Padahal sih kadit. Hahahaha.

Intinya sih santai hahahah

Blessed love everyone!